Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan al-Shabaab mengaku bertanggung jawab atas serangan penembakan dan pengeboman yang menewaskan 14 pekerja tambang dan melukai sejumlah lainnya di Kenya Utara. Serangan ini terjadi hanya beberapa pekan menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ke negara Afrika Timur tersebut.
Kelompok bersenjata tersebut menyerang desa kecil Soko Mbuzi di dekat perbatasan Kenya-Somalia sekitar pukul 1 dini hari pada Selasa (7/7). Mereka menerobos masuk melalui gerbang menggunakan bom bensin sebelum melemparkan granat pada pekerja dan menembaki siapapun yang mencoba untuk melarikan diri.
Kepala polisi setempat memaparkan bahwa penyerangan ini berhubungan dengan afiliasi kelompok al-Qaidah yang berbasis di Somalia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua indikasi menunjukkan mereka adalah militan al-Shabaab. Mereka menghancurkan pintu logam sebelum mereka melakukan pengeboman terhadap rumah-rumah warga dan menembaki korban yang tidak bersalah," kata Komisaris Desa Mandera Alex Ole Nkoyo kepada harian The Standard.
Lebih lanjut, beberapa korban dilarikan ke rumah sakit, walaupun masih belum jelas jumlah korban yang jatuh akibat insiden ini.
Pembunuhan ini mengikuti pola militan al-Shabaab yang menargetkan penduduk setempat yang beragama Kristen di wilayah mayoritas Muslim. Desember lalu, 36 pekerja tambang tewas dengan kasus yang sama dan di tempat yang sama.
Kenya berstatus 'siaga' sejak Maret lalu ketika Obama mengumumkan akan melakukan tur pada akhir Juli untuk menghadiri KTT Kewirausahaan Global.
Meskipun kunjungan Obama menarik antusiasme yang tinggi, fakta bahwa ayah Obama adalah orang Kenya, menimbulkan kekhawatiran bahwa militan bisa mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut untuk melancarkan serangan.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, Kenya telah mengerahkan ratusan petugas keamanan untuk meningkatkan tingkat keamanan, serta memasang kamera pengawas di banyak jalan di ibu kota Nairobi.
Namun, al-Shabaab kerap menunjukkan bahwa mereka bisa beroperasi di wilayah yang luas. Dalam sejarahnya, mereka memang terpinggirkan ke wilayah dekat perbatasan Somalia, di mana mereka aktif beroperasi.
Sebelumnya, sebuah penembakan mengejutkan terjadi di sebuah universitas di Garissa bagian utara yang menewaskan 148 siswa dan mahasiswa keamanan pada bulan April.
Seperti tidak takut, Obama menelepon rekannya di Kenya, Uhuru Kenyatta, yang tidak lain adalah presiden Kenya saat ini, untuk memberikan dukungannya dan mengatakan bahwa ia akan tetap pergi ke Kenya.
Lebih lanjut, pemerintah Kenyatta, yang telah menerima banyak tekanan dari publik karena serangan yang dilakukan oleh al-Shabaab, diharapkan dapat meningkatkan tingakat keamanan dalam minggu-minggu menjelang kunjungan Obama ke Kenya.
(ama/ama)