Asosiasi Jurnalis: Kebebasan Pers di Hong Kong Memburuk

Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 12 Jul 2015 22:01 WIB
Penyerangan dengan kekerasan paling besar terjadi bulan Februari lalu, ketika Kevin Lau, mantan pemimpin redaksi Ming Pao Daily News ditikam dengan parang.
Aksi pro-demokrasi di Hong Kong. (REUTERS/Tyrone Siu)
Hong Kong, CNN Indonesia -- Asosiasi jurnalis Hong Kong menyatakan kebebasan pers  saat ini makin memburuk, terutama di sejumlah daerah di Cina sehingga membuat pekerjaan jurnalis semakin berbahaya.

Dalam laporan tahunan lembaga itu yang dikutip Reuters, para aktivis pro-demokrasi itu menyebutkan selama 79 hari, tercatat banyak kejadian kekerasan fisik, pergantian staf, self-censorship dan tekanan dalam segi finansial terhadap para jurnalis.

Penyerangan dengan kekerasan paling besar terjadi bulan Februari lalu, ketika Kevin Lau, mantan pemimpin redaksi Ming Pao Daily News ditikam dengan parang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan semakin besarnya protes pro-demokrasi di Hong Kong, sejumlah individu juga menjadi target. Rumah Jimmy Lai, pendiri Next Media dan aktivis demokrasi dibom dan emailnya diretas.

Demikian pula dengan Tony Tsoi yang menjalankan situs berita online House News, tiba-tiba menutup situs berita itu dan sementara waktu tak bisa dihubungi. Tsoi hanya meninggalkan pesan bahwa dia “ketakutan” dan keluarnya mengalami tekanan.

Lebih dari 30 jurnalis dilaporkan mengalami luka-luka saat meliput aksi protes di Hong Kong, termasuk terkena pukulan dari polisi dan semprotan lada. Para jurnalis ini juga ada yang diseret, ditendang, ditinju, dilecehkan dan ditangkap petugas keamanan, demikian laporan badan tersebut.

Protes menuntut demokrasi di Hong Kong terjadi di kota saat pemilihan pimpinan eksekutif negara tersebut. Sebagai tambahan dari kekerasan fisik, laporan tersebut juga menyebut adanya perubahan staf, self-censorship dan pendanaan sebagai bentuk tekanan lain terhadap jurnalis.

Para pemimpin eksekutif media senior Hong Kong diundang ke Beijing pada musim semi 2014 untuk bertemu dengan Vice President Cina Li Yuanchao, dan direktur kantor hubungan Hong Kong dan Macao, Wang Guangya. Kedua menegaskan kepada para pimpinan media itu bahwa mereka harus menjelaskan bahwa sebagian besar orang menentang aksi protes dan bahwa aksi protes akan merusakkan kota itu.

Di tengah  keprihatinan akan meningkatnya tekanan dari Beijing, dua pemimpin redaksi surat kabar berbahasa Cina digeser. Salah satu pemimpin redaksi mengatakan sebelumnya dia mendapat tekanan untuk menghentikan sebuah kolom dari pemimpin protes dan seorang profesor di salah satu universitas Benny Tai.

Laporan asosiasi jurnalis itu juga mencatat sebuah perusahaan dari dataran Cina yang mendanai sebuah perusahaan telah menarik iklan dari koran berbahasa Cina di Hong Kong dan mengubah susunan penyiar di TVB. Mereka juga memberi Li Ruigang, pimpinan Shanghai Media Group milik negara dan deputi sekretaris jenderal Partai Komunis Shanghai saham yang dirahasiakan.

(utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER