Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat senior Kementerian Luar Negeri RI mengakui perkembangan diaspora Indonesia masih belum bisa dianggap setara dengan diaspora negara-negara lain. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan tersebut adalah kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia mengenai diaspora itu sendiri.
"Kita memang agak terlambat dalam memahami diaspora. Pengalaman di luar sana, (diaspora) masih berdasar atas suku, agama, profesi dan sebagainya," ujar staf ahli hubungan sosial ekonomi dan budaya Kemlu RI, Wahid Supriyadi di Jakarta, Rabu (5/8).
Pembatas-pembatas seperti ini, menurut Wahid, membuat diaspora Indonesia dinilai perlu untuk membentuk suatu wadah agar dapat secara aktif berkontribusi terhadap pembangunan Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 2012, diaspora Indonesia membentuk satu wadah yang menghubungkan sesama para warga Indonesia yang tinggal di luar negeri ini. Wadah tersebut bernama Jaringan Diaspora Indonesia (IDN), dan sesuai namanya, wadah ini bukan merupakan organisasi, melainkan hanya sebagai medium yang menghubungkan suara dan keahlian para anggotanya.
Presiden IDN Muhammad Al Arif mengungkapkan, sejauh ini jumlah diaspora di Indonesia yang terdata ada sekitar tujuh juta orang. Mereka semua bersepakat untuk turut membangun Indonesia agar mampu bersaing secara global melalui keahlian masing-masing.
"Dari sisi jumlah, memang kita kalah jauh jika dibandingkan dengan diaspora India sebesar 60 juta orang dan China sebanyak 70 juta orang. Tetapi, tidak ada kata telat karena yang terpenting adalah adanya kesadaran akan cinta terhadap Tanah Air," ujar Arif dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu.
Demi mengimplementasikan dan menunjukan peran para diaspora ini, IDN akan menggelar kongres di Bidakara Convention Center Jakarta pada 12-14 Agustus nanti. Kongres kali ini bertemakan 'Diaspora Bakti Bangsa' dan salah satu isu yang akan dibahas adalah soal dwi kewarganegaraan.
Sebelumnya, kongres IDN sukses diselenggarakan pada 18-20 Agustus 2013 di Jakarta Convention Center. Saat itu, kongres yang dihadiri oleh sekitar tiga ribu lebih diaspora Indonesia mendesak sinergitas antar sesama mereka untuk mendorong perekonomian Indonesia secara global.
Sejauh ini, Wahid mengatakan sekitar 800 diaspora telah mendaftarkan diri untuk turut serta dalam kongres kali ini. Beberapa tokoh besar dikabarkan akan hadir, di antaranya adalah Presiden ke-3 RI B.J. Habibie; pemegang belasan paten desain algoritma, termasuk teknologi 4G, Basuki Priyanto; sutradara film Hollywood, Livi Zheng; dan pengusaha properti sukses di Australia, Iwan Sunito.
Selain membahas isu dwi kewarganegaraan, sejumlah isu strategis lain menyangkut bidang ekonomi dan pendidikan juga akan didiskusikan dalam kongres ini. Tak luput juga, di penghujung acara, para diaspora akan diajak untuk 'pulang kampung' dengan mengunjungi sejumlah tempat sosial, salah satunya sekolah bahasa di Bogor.