Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah demonstran Kristen di Zhejiang, China berkemah selama sebulan di atap gereja mereka untuk menghentikan pihak berwenang menurunkan lambang salib yang berada di atap gereja. Para demonstran mengabaikan seruan dari pemerintah lokal untuk menghentikan aksi mereka.
Dilaporkan Reuters, Partai Komunis China secara resmi menjamin kebebasan beragama, namun pada kenyataannya, praktik dan simbol keagaaman kerap dilarang di negara ini.
(Baca juga:
Tiongkok Akan Larang Salib di Atap Gereja)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 22 demonstran Kristen jamaah Gereja Desa Ya di kota Huzhou, Zhejiang telah berkemahdi atap gereja sejak awal Juli, mengancam untuk melompat dari atap gereja jika petugas pemerintah tetap mencoba menurunkan lambang salib.
Dua anggota gereja, Zhang Chaoxia, menyatakan bahwa hingga Kamis (6/8), demonstran Kristen masih berada di atap gereja, sementara sejumlah lainnya dirawat karena sakit dan kepanasan.
Zhang mengungkapkan bahwa petugas setempat mengancam mereka dengan hukuman penjara jika para demonstran tidak juga menghentikan aksi mereka.
"Kami dengar malam ini pemerintah akan menurunkan salib kami. Kami bertekad untuk tidak membiarkan mereka menghancurkan salib," kata Zhang yang berbicara kepada Reuters melalui sambungan telepon dari atap gereja.
"Kami akan menggunakan langkah-langkah ekstrem untuk melindungi salib. Kami bertekad menempuh langkah ini," kata Zhang melanjutkan.
Zhang mengungkapkan bahwa pasukan keamanan telah mengepung gereja, mencegah para pendukung demonstran memberikan persediaan makanan dan minuman, serta kebutuhan lainnya.
Harian Global Times milik pemerintah memaparkan bahwa para petugas di Zhejiang membantah penghancuran salib di gereja, namun tidak mengelak bahwa sejumlah salib telah "dipindahkan" dari gereja karena masalah keamanan.
Menurut laporan Global Times, salib-salib yang berdiri di atap gereja di Zhejiang melanggar peraturan bangunan.
Pekan ini, polisi menahan tujuh anggota gereja lain di Zhejiang atas berbagai tuduhan, termasuk penggelapan uang, setelah mereka perintah untuk menurunkan salib mereka.
Hingga berita ini ditulis, pejabat pemerintah dan polisi di Huzhou, serta pemerintah provinsi Zhejiang tidak bersedia memberikan komentar.
Pemerintah Zhejiang memang kerap mempermasalahkan salib yang berdiri di atap gereja. Sejak awal 2014, salib di atap lebih dari 400 gereja diturunkan, beberapa kasus melibatkan bentrok antara aparat dengan jemaah.
Sementara menurut data dari China Aid, sebuah kelompok advokasi Kristen yang berbasis di Texas, Amerika Serikat, sebanyak 1.500 salib diturunkan dari atap gereja di Zhejiang hingga akhir Juni lalu.
Sejak tahun 1980-an, setelah Beijing melonggarkan kendali atas agama, Kristen berkembang pesat. Angka resmi menunjukkan umat Kristiani di Tiongkok mencapai 23 juta, namun penghitungan independen menyatakan jumlahnya mencapai 100 juta.
Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.
Berita terakhir, Muslim Xinjiang yang memiliki toko diharuskan menjual minuman beralkohol. (ama/ama)