Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Maladewa pada Ahad (9/8) memutuskan bergabung dengan tim pencarian regional untuk mencoba menemukan puing pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sekitar 17 bulan lalu. Langkah ini diambil Maladewa setelah sejumlah warga di negara kepulauan tersebut menemukan sejumlah puing yang tak terindetifikasi.
Juru bicara polisi Maladewa merespon beberapa penampakan puing yang terdampar di sepanjang pantai utara kepulauan tersebut, sejumlah puing di antaranya ditemukan sejak sekitar sebulan lalu. Namun, polisi baru menyadari adanya penemuan puing tersebut pada Ahad.
"Ada perhatian baru terhadap puing tersebut, utamanya setelah puing pesawat ditemukan di Reunion," kata juru bicara polisi yang tak diungkapkan namanya, dikutip dari Channel NewsAsia, Senin (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puing pesawat bagian flaperon sayap Boeing 777 yang ditemukan di Pulau Reunion dan sudah dikonfirmasi secara resmi berasal dari pesawat MH370 oleh pemerintah Malaysia dan maskapai Malaysia Airlines. Penemuan puing pada akhir Juli ini memicu pencarian puing selanjutnya di sekitar wilayah Samudera Hindia.
Setelah puing tersebut ditemukan, pihak berwenang Malaysia segera memberitahu Madagaskar dan sejumlah wilayah lain di dekat pantai Afrika Selatan bahwa puing pesawat nahas tersebut bisa saja terdampar di wilayah mereka.
Selain itu, sejak pekan lalu Mauritius juga telah memutuskan untuk bergabung dalam tim pencarian puing pesawat. Pulau Reunion sendiri terletak 3.200 kilometer di sebelah selatan-barat Maladewa. Pencarian menyeluruh terhadap puing pesawat rencananya akan mulai dilakukan pekan ini.
Mohamed Shareef, seorang menteri di kantor Kepresidenan Maladewa, mengungkapkan bahwa para pejabat pemerintahan Maladewa akan bekerja sama dengan otoritas penerbangan Malaysia dalam mencari dan mengidentifikasi puing yang diduga berasal dari pesawat MH370 yang hilang sejak 8 Maret 2014, dengan 239 penumpang dan awak di dalamnya.
"Kami sedang mengumpulkan puing-puing yang ditemukan namun tak teridentifikasi, dan menyimpannya di gudang sehingga pihak Malaysia bisa melakukan tes dan menentukan apakah puing tersebut berasal dari pesawat mereka atau tidak," kata Shareef.
"Kami sendiri tidak melakukan pengujian apapun (terhadap puing tersebut), tapi kami mengirimkan foto-foto puing tersebut dan menunggu tanggapan mereka."
Laporan media setempat melaporkan penemuan bagian terbesar dari puing yang diduga berasal dari pesawat, yaitu sebuah panel panjang berukuran delapan kali dua kaki, atau sekitar empat meter. Puing ini ditemukan beberapa hari yang lalu, dan sebagian warga menduga puing ini bisa saja berasal dari sebuah konstruksi tempat wisata.
Saat ini, puing tersebut masih disimpah oleh pihak berwenang Maladewa untuk kemudian diteliti oleh para pakar dari luar negeri yang menyelidiki puing MH370.
Shareef memaparkan bahwa Maladewa telah berbagi radar pertahanan dan data pemantauan dengan Malaysia menyusul sebuah laporan tahun lalu bahwa sebuah pesawat tak dikenal terlihat terbang rendah di atas sejumlah pulau sekitar, tak lama setelah MH370 hilang.
"Kami memeriksa data radar dan informasi lainnya dari hari itu dan jawabannya negatif. Tidak ada pesawat besar yang melintas di atas daerah tersebut, dan informasi ini telah kami bagikan dengan pihak berwenang Malaysia," kata Shareef.
Sejak hilang sekitar 17 bulan lalu, pencarian multinasional telah dikerahkan selama berbulan-bulan untuk memecahkan misteri hilangnya pesawat tujuan Kuala Lumpur-Beijing tersebut. Pencarian ini sekarang dikerahkan di wilayah selatan Samudera Hindia, berdasarkan data satelit yang mengisyaratkan jejak pesawat.
(ama/stu)