Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara melancarkan propaganda pengeras suara pada Senin (17/8) di sepanjang wilayah perbatasan Zona Demiliterisasi (DMZ). Ini dilakukan bersamaan dengan dimulainya latihan gabungan militer Korea Selatan, Amerika Serikat dan beberapa negara lain.
Sebelum itu, Korea Utara mengancam akan "membalas AS" jika mereka tidak menghentikan pelatihan militer di Korea Selatan.
Seperti direncanakan, pelatihan gabungan militer dimulai pada Senin. Baik Korsel maupun AS mengatakan bahwa pelatihan ini adalah upaya rutin untuk meningkatkan kesiapan serta menjaga stabilitas di Semenanjung Korea.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Balas dendamPropaganda dengan pengeras suara dilakukan Korut untuk membalas Korsel.
"Dipercaya bahwa Korea Utara mulai menyiarkan pesan propaganda tersebut untuk menghentikan Korsel agar tidak mengirimkan pesan propaganda kepada masyarakat dan militer Korut di perbatasan," kata salah seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korsel kepada
CNN.
"Namun, pesan propaganda Korea Utara tidak dapat terdengar jelas dari sini (Korsel)," tambahnya.
Minggu lalu, Korsel melakukan kampanye perang psikologis dengan menggunakan metode yang sama, yakni dengan pengeras suara. Korut memang sensitif akan metode propaganda ini, dan ini adalah yang pertama kali dilakukan Korsel selama lebih dari satu dekade.
Korsel mengatakan bahwa kampanye itu adalah bentuk pembalasan atas insiden ranjau pada 4 Agustus yang melukai dua tentaranya. Di lain pihak, Korut membantah tuduhan bahwa mereka yang memasang ranjau.
Tepat seminggu setelah insiden ranjau, memulai kampanye lewat pengeras suara, yang berisi berita dari seluruh dunia, prakiraan cuaca, dan kebaikan sistem demokrasi. Geram, Korut mengancam akan menghancurkan pengeras suara besar milik Korsel di DMZ.
Permintaan MaafKorsel meminta Korut untuk meminta maaf atas insiden ranjau dan menghukum siapapun yang bertanggung jawab atasnya.
Wilayah DMZ memisahkan Korea Utara dan Selatan sejak perang Korea berakhir pada 1953 dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian perdamaian resmi. Akibatnya, sampai saat ini kedua negara secara teknis masih tetap berperang.
Ancaman Korea UtaraMenjelang latihan militer AS dan Korsel, Korut melencarkan rentetan ancaman yang bervariasi.
"Tentara dan rakyat Korea Utara tidak seperti yang dahulu ketika kami harus melawan nuklir AS dengan senapan," ujar Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara.
Kementerian itu menggambarkan Korea Utara sebagai "kekuatan tak terkalahkan yang dilengkapi kekuatan ofensif dan defensif terbaru yang tidak diketahui dunia.”
Pelatihan gabungan militer selain AS dan Korse, juga diikuti oleh tentara dari Australia, Kanada, Kolombia, Denmark, Perancis, Selandia Baru serta Inggris. Pelatihan dijadwalkan selesai pada 28 Agustus.
(stu)