Jakarta, CNN Indonesia -- Inggris akan memberikan dana sebesar US$11,2 juta (Rp153,8 miliar) kepada Perancis untuk bantuan kemanusiaan guna mengatasi imigran di Calais, yang mencoba menyeberang ke Inggris lewat terowongan Channel.
Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May, dan Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve, berkunjung ke kota pelabuhan di utara Perancis itu pada Kamis (20/8).
Selain mengumumkan soal dana bantuan, kedua menteri juga mengatakan bahwa keamanan di sekitar pelabuhan dan terowongan Channel akan diperketat, dan polisi gabungan akan dikerahkan untuk menangkap para penyelundup imigran.
"Pendekatan bersama kami terletak pada pengamanan perbatasan, mengidentifikasi dan menjaga para imigran yang rentan, memberikan akses suaka bagi mereka yang membutuhkan dan tidak memberikannya kepada mereka yang tidak berhak dan telah melanggar hukum," kata kedua menteri dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Inggris dan Perancis, Calais menjadi fokus krisis arus imigran yang datang dari Suriah, Libya, Sudan serta negara Timur Tengah dan Afrika.
Setiap minggunya, puluhan ribu imigran sampai di Italia dan Yunani, dan Jerman memprediksi bahwa imigran di negaranya akan bertambah menjadi 800 ribu imigran tahun ini.
Sekitar 3.000 imigran tinggal di perkemahan darurat di Calais, dan setiap malam mereka mencoba masuk ke dalam truk atau kereta atau bahkan berjalan sejauh 50 kilometer di terowongan bawah laut untuk menuju ke Inggris. Beberapa dari mereka tewas saat mencobanya.
Di bawah rencana yang diuraikan pada Kamis, Inggris dan Perancis akan mengirim polisi ke pusat komando di Calais, untuk menangkap kejahatan terorganisir yang berusaha menyelundupkan imigran ke utara perancis dan ke terowongan Channel.
Guna memperketat perlindungan di terowongan Channel, pagar di sana sudah dibuat makin tinggi dan CCTV serta perlengkapan keamanan lain sudah dipasang, berkat penambahan dana sebesar 10 juta euro dari Inggris.
Nantinya, operator kereta Eurotunnel akan mendapatkan pendanaan untuk mengerahkan lebih banyak penjaga keamanan.
Dalam dua tahun kedepan, Inggris akan memberikan dana sebesar 5 juta euro setiap tahunnya, untuk mendukung upaya kemanusiaan, termasuk akomodasi perlindungan terhadap wanita, anak-anak, korban perdagangan manusia.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, megatakan ia menyambut baik elemen kemanusiaan dan perlindungan yang diprakarsai Inggris dan Perancis.
"Untuk menindak keras penyelundupan dan perdagangan manusia, kita harus meningkatkan jumlah kesempatan legal bagi orang yang membutuhkan perlindungan di Eropa," kata Gutteres.
Lebih lanjut, isu krisis imigran akan dibahas dalam perbincangan antara presiden Perancis Francois Hollande dan kanselir Jerman Angela Merkel pada Senin (24/8).
"Ini adalah tragedi kemanusiaan, dengan orang yang meninggal dan berada dalam situasi buruk," kata Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius pada awal minggu ini.
Fabius mengatakan pada pekan lalu bahwa Perancis ingin negara Eropa lainnya untuk mempercepat penanganan klaim suaka dengan pusat pengolahan di titik masuk utama.
Akan tetapi, pekerja kemanusiaan di Calais mengatakan bahwa proses suaka Perancis masih sangat lambat, memperburuk keadaan imigran yang menumpuk.
"Problem utama di sini adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon," kata Francois Guennoc dari organisasi non-pemerintah, Auberge des Migrants.
Guennoc menambahkan, pencari suaka yang datang hari ini, tidak akan mendapatkan klaim suakanya sebelum Desember.
"Proses ini adalah yang terlama yang pernah ada," tuturnya.
(stu)