Presiden Venezuela Tak Ingin Disamakan dengan Donald Trump

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 26 Agu 2015 01:44 WIB
Menutup perbatasan dan mendeportasi imigran Kolombia, Presiden Venezuela, Nicholas Maduro kerap disebut serupa dengan Donald Trump.
Menutup perbatasan dan mendeportasi imigran Kolombia, Presiden Venezuela, Nicholas Maduro kerap disebut serupa dengan Donald Trump. (Reuters/Miraflores Palace/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang kerap disebut sebagai diktator komunis, menolak disamakan dengan pengusaha real estate dan salah satu kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.

Para kritikus kerap menyebut Maduro sebagai Donald Trump dari Amerika Latin menyusul keputusannya untuk menutup penyebrangan di wilayah perbatasan dan mendeportasi ratusan imigran asal Kolombia.

Langkah Maduro ini mengingatkan publik dengan pernyataan yang kental sentimen rasisme dari Trump, yang menyebut imigran dari Meksiko hanyalah penjahat dan pemerkosa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maduro mengkritik Donald Trump, tetapi tindakannya melawan imigrasi Kolombia lebih buruk daripada pernyataan Trump (soal imigran Mesiko)," kata Saverio Vivas, politisi oposisi Venezuela, dikutip dari Reuters.

Maduro menutup penyeberangan di wilayah perbatasan sejak pekan lalu setelah baku tembak terjadi antara penyelundup dan pasukan Venezuela, menyebabkan tiga tentara yang terluka.

Sejak itu, Kolombia menuduh Venezuela meluncurkan deportasi besar-besaran kepada imigran Kolombia, bahkan memisahkan anak dari orang tua mereka. Langkah ini dikecam oleh sejumlah kelompok pemerhati HAM.

Sejumlah gambar ramai tersebar di sosial media menggambarkan wajah Trump dengan kumis hitam lebat ala Maduro. Sejumlah gambar lainnya memperlihatkan Maduro dengan potongan rambut pirang seperti Trump.

"Mereka mengatakan Maduro seperti Donald Trump! Bayangkan! Saya bahkan tidak memiliki gaya rambut seperti itu, dan tentu saja, tidak memiliki uang sebanyak itu," kata Maduro dalam sebuah siaran televisi lokal pada Senin (24/8).

Dalam pidatonya yang bernada keras, Maduro juga mengatakan bahwa Venezuela merupakan "korban" dari Kolombia. Maduro menuduh pedagang gelap dari Kolombia berniat memperburuk krisis barang pokok di Venezuela dengan menyelundupkan deterjen dan bensin melalui perbatasan.

Wilayah perbatasan Venezuela dan Kolombia merupakan wilayah seluas 2.219 kilometer dengan pengamanan yang seadanya sehingga kerap dilalui oleh penyelundup serta kelompok bersenjata.

Para kritikus menilai bahwa penyelundupan barang pokok di Venezuela merupakan akibat dari kontrol ketat pemerintah atas mata uang dan harga kebutuhan sehari-hari. Selain itu, Maduro dinilai mencari simpati publik di tengah krisis dengan menjadikan Kolombia sebagai kambing hitam.

Mantan presiden Kolombia, Andres Pastrana, menyatakan bahwa langkah Maduro tersebut "jelas merupakan tindakan dari Trump versi Amerika Latin."

Pendapat serupa juga dilontarkan oleh mahasiswa fakultas hukum, Perdo Torrealba. "Saya lihat mereka berdua sama-sama gila. Mendeportasi warga Kolombia tidak bisa dibenarkan dan saya malu dengan pemerintah saya," katanya. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER