PBB Akan Selidiki Penggunaan Senjata Kimia di Suriah

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 28 Agu 2015 10:17 WIB
PBB akan membentuk tim untuk menyelidiki pemakaian senjata kimia selama perang sipil di Suriah, setelah penggunaan gas klorin sudah berkali-kali dilaporkan.
Baik pemerintah dan oposisi pasukan Suriah membantah menggunakan senjata kimia. Negara-negara Barat mengatakan pemerintah Suriah bertanggung jawab melakukan serangan kimia, termasuk serangan klorin. (Reuters/Rami Zayat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Keamanan PBB akan menguraikan rencana untuk memulai penyelidikan rencana penyelidikan dugaan serangan gas yang akan dilakukan bersama oleh PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

“Keberhasilan….tergantung pada kerja sama penuh dari semua pihak, termasuk pemerintah Suriah dan pihak-pihak lain di Suriah,” kata Ban dalam surat pernyataan, Kamis (27/8).

Menurtu Ban, diluncurkannya penyelidikan ini adalah untuk mengidentifikasi baik individu, kelompok, atau pemerintah yang menjadi “pelaku, penyelenggara, sponsor, ataupun terlibat dalam pemakaian zat kimia sebagai senjata, termasuk klorin atau bahan kimia beracun lain.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ban mengatakan penyelidikan akan dipimpin oleh asisten sekretaris jenderal dan dua deputi. Ban juga mengatakan bahwa laporan soal penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah—yang telah berlangsung empat tahun sejak dimulainya protes damai demi menggulingkan rezim Bashar al-Assad—sangat mengganggu.

Namun Ban tidak mengatakan siapa yang akan memimpin penyelidikan.

Surat Ban adalah tanggapan resolusi dewan yang menyerukan penyelidikan pada 7 Agustus lalu.

Dewan ini diharapkan akan merespon surat Ban dalam waktu lima hari.

Penyelidikan akan berlaku satu tahun, namun bisa diperbarui.

Baik pemerintah dan oposisi pasukan Suriah membantah menggunakan senjata kimia. Negara-negara Barat mengatakan pemerintah Suriah bertanggung jawab melakukan serangan kimia, termasuk serangan klorin. Di sisi lain, pemerintah Suriah dan Rusia menuduh pasukan pemberontak yang menggunakan gas beracun.

Ban diminta untuk membentuk penyelidikan setelah Amerika Serikat membuat kesepakatan dengan Rusia—pendukung Presiden Assad—agar penyelidikan dilakukan.

Suriah setuju untuk menghancurkan senjata kimia pada 2013 dalam upaya untuk menghindari ancaman serangan militer AS menyusul serangan gas sarin yang menewaskan ratusan warga sipil.

Namun sejak itu, OPCW telah menemukan klorin digunakan sebagai senjata secara "sistematis dan berulang kali", namun organisasi ini tak punya mandat untuk bisa menetapkan siapa yang bersalah.

Sebuah penyelidikan PBB terpisah sebelumnya menetapkan bahwa gas sarin digunakan berulang kali di Suriah, tapi penyelidikan oleh badan itu tak bisa siapa yang salah.

Penggunaan klorin sebagai senjata dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia 1997, yang diakui Suriah pada 2013. Jika terhirup, gas klorin berubah menjadi asam klorida di paru-paru, efeknya mematikan. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER