Jakarta, CNN Indonesia -- Libya mengevakuasi 105 jenazah imigran setelah perahu yang berisi penuh imigran tenggelam di Laut Mediterania pada Kamis (27/8). Pihak berwenang menyatakan sekitar 100 imigran lainnya dinyatakan hilang dan dikhawatirkan tewas.
Kapal tenggelam setelah meninggalkan Zuwara, wilayah yang kerap jadikan tempat penyelundupan imigran utama menuju Italia. Para penyelundup disinyalir memanfaatkan kekosongan keamanan di Libya, dengan dua faksi yang sama-sama mengklaim pemerintahan Libya.
Kekurangan kapal angkatan laut yang mumpuni, petugas Libya melakukan pencarian dan evakuasi dengan kapal nelayan dan perahu sederhana yang disediakan oleh penduduk setempat. Sekitar 198 imigran berhasil diselamatkan pada Jumat (27/8) siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perahu itu dalam kondisi buruk dan sejumlah orang meninggal di depan kami. Kami terpaksa melalui jalur ini, jalur yang sekarang disebut makam Laut Mediterania," kata Ayman Talaal, imigran asal Suriah yang selamat, berdiri di samping putrinya.
Para pejabat lokal dan warga menempatkan puluhan jenazah dalam kantung jenazah berwarna merah yang memenuhi pantai. Sejumlah barang pribadi imigran, seperti sepatu, celana dan barang lainnya juga terlihat di dekat kantung jenazah.
"Kami, Red Crescent, bekerja tanpa peralatan apapun. Beberapa nelayan membantu kami dengan menyediakan perahu. Kami hanya memiliki satu mobil ambulans," kata Ibrahim al-Attoushi, seorang pejabat di Red Crescent di Zuwara.
Dengan pengamanan keamanan yang longgar, Libya telah berubah menjadi rute transit utama bagi para imigran yang melarikan diri konflik dan kemiskinan menuju Eropa.
Jaringan perdagangan manusia lintas batas mengeksploitasi kekacauan di negara itu untuk membawa imigran Suriah ke Libya melalui Mesir, atau warga dari negara-negara sub-Sahara melalui Niger, Sudan dan Chad.
Para imigran membayar ribuan dolar untuk penyelundupan melalui jalur darat dan laut. Tak jarang, para imigran menerima kekerasan dan penyiksaan dari para penyelundup yang meminta lebih banyak uang sebelum mencapai tanah tujuan.
Pejabat keamanan Libya yang meminta namanya tidak dipublikasikan menyatakan para pejabat Libya menempatkan 147 imigran yang selamat ke fasilitas penahanan bagi para imigran gelap di Sabratha, sebelah barat Tripoli.
"Kami belum menerima permintaan bantuan dari Libya, " kata juru bicara penjaga pantai Italia, yang mengkoordinasikan operasi penyelamatan dengan Uni Eropa di lepas pantai Libya.
Sekitar 100 warga Zuwara yang marah atas insiden tersebut turun ke jalan di sekitar alun-alun kota pada Kamis (27/8). Warga menuntut pemerintah menghentikan aktivitas perdagangan manusia.
Libya telah meminta Uni Eropa untuk membantu melatih dan membekali angkatan lautnya yang terpecah setelah aksi pemberontakan pada 2011 yang menggulingkan Moammar Gaddafi.
Namun, semua pelatihan dan kerjasama ini terhenti pada 2014 karena Uni Eropa memboikot Libya Dawn, faksi yang yang mengklaim kendali atas Libya barat, dan merebut ibu kota Tripoli tahun lalu dengan mengusir pemerintahan resmi ke wilayah timur.
(ama/ama)