Ankara, CNN Indonesia -- Untuk pertama kalinya dalam rangkaian KTT G20, perempuan mendapatkan porsi khusus untuk menggelar konferensi. Acara yang dikenal dengan W20 ini bertujuan meningkatkan peran dan memperbaiki kesejahteraan perempuan yang ditargetkan dalam KTT G20 tahun sebelumnya di Brisbane, Australia.
Menurut Presiden W20 Gulden Turktan dalam pembukaan konferensi ini di Ankara, Turki, Minggu (6/9), kesetaraan perempuan dan pria terutama dalam hal pekerjaan perlu dilakukan, karena hal ini merupakan solusi untuk perkembangan perekonomian kita.
"Para pemimpin G20 telah berkomitmen dalam berbagai masalah wanita, termasuk dalam sektor ekonomi dengan memberikan partisipasi penuh demi meningkatkan perekonomian dan pendidikan. Tahun lalu G20 berkomitmen mengurangi kesenjangan partisipasi kerja antara pria dan wanita hingga 25 persen pada 2025," kata Turktan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan tersebut menghadirkan para peserta tokoh-tokoh wanita unggulan dari negara-negara G20. Salah satu yang akan menjadi pembicara adalah Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF.
Berbagai agenda dijadwalkan dalam pertemuan tersebut, di antaranya adalah diskusi soal wanita dan teknologi, wanita di dunia finansial dan wanita dan perdagangan.
Fokus utama dalam pertemuan ini adalah meningkatkan pendidikan, pekerjaan dan wira usaha bagi wanita. Di antara permasalahan yang menjadi perhatian adalah menghapuskan diskriminasi di dunia kerja, menciptakan kondisi kerja yang lebih baik, kepemilikan aset finansial dan kepemimpinan oleh wanita.
"Dalam pertemuan ini, kami akan membahas prioritas bagi wanita, kepemimpinan mereka dalam bisnis, sektor swasta dan wirausaha," ujar Turktan.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan peran serta wanita dalam perekonomian akan menyumbang besar bagi perkembangan global. Dalam pidatonya pada pembukaan W20, Davutoglu, bahwa target menghapus kesenjangan tenaga kerja antara pria dan wanita sebanyak 25 persen pada 2025 harus bisa dipenuhi.
"Jika itu terpenuhi, maka akan ada 100 juta pekerja baru yang menyumbang US$8 miliar pada perekonomian. Jika satu persen saja gap itu bisa ditutupi, maka akan menyumbang US$800 juta pada PDB dunia," tegas Davutoglu.
Untuk melakukan hal ini, Davutoglu mengatakan perlunya mengubah pola pikir yang mengedepankan pria ketimbang wanita.
"Ketidakhadiran wanita adalah mentalitas lama. Kami ingin melakukan perubahan radikal, yang membuat wanita dan pria berdiri setara dan memiliki kekuasaan yang sama," ujar Davutoglu.
(stu)