Hungaria Ancam Usir Pengungsi yang Masuk dari Serbia

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 08:37 WIB
Pemerintah Hungaria pada Selasa (15/9) mengancam akan mengusir yang masuk dari Serbia tetapi tidak mengajukan suaka di negara itu.
Polisi mencatat lebih dari 190 ribu imigran memasuki Hungaria pada tahun ini. Rekor terbaru tercipta pada Senin (14/9) dengan lebih dari 9.000 ribu orang memasuki Hungaria dalam satu hari. (Reuters/Marko Djurica)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Hungaria pada Selasa (15/9) memperingatkan bahwa para pencari suaka yang memasuki Uni Eropa melalui perbatasan Serbia terancam diusir dalam beberapa hari ke depan. Ancaman ini merupakan salah satu tindakan keras Hungaria dalam menghadapi krisis pengungsi terburuk di Eropa dalam dua dekade terakhir.

Dilaporkan Reuters, ketika hukum perbatasan baru yang diduga akan memperbolehkan pengusiran pengungsi tengah digodok, pemerintah sayap kanan Hungaria menutup jalur kereta api yang biasanya digunakan oleh puluhan ribu imigran.

Akibatnya, banyak imigran yang memasuki Uni Eropa dengan berjalan kaki. Situasi ini menambah miris perjalanan para imigran, yang sebagian besar berasal dari negara-negara konflik, untuk mencapai Uni Eropa demi mendapat kehidupan yang lebih baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan memulai peraturan baru. Kami akan menghentikan masuknya imigran gelap di perbatasan kami," kata juru bicara pemerintah Zoltan Kovacs.

Pemerintah Hungaria menyatakan bahwa pengungsi masih dapat mengajukan suaka di perlintasan perbatasan resmi Hungaria. Namun, jika para pengungsi memasuki Hungaria melalui Serbia dan tidak mengajukan suaka di sana, akan menghadapi pengusiran secara otomatis dalam waktu delapan hari.

"Hukum perbatasan di titik persimpangan harus ditegakkan, dan siapa pun yang ingin mengajukan suaka dapat melakukannya berdasarkan aturan internasional," kata Kovacs.

Juli lalu, Hungaria menyebutkan bahwa Serbia, negara tetangga Hungaria yang relatif tidak makmur, merupakan negara "aman" untuk para pengungsi.

Padahal, menurut berbagai kelompok pemerhati HAM, Serbia tidak memenuhi satupun kriteria sebagai negara yang aman. Selain itu, Serbia juga masih berupaya menjadi rumah bagi ribuan pengungsi pasca runtuhnya Yugoslavia pada dekade 1990-an.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, salah satu tokoh Uni Eropa yang dinilai anti-imigran, memperkirakan akan terjadi deportasi secara masal.

"Seseorang pengungsi akan ditanya apakah sudah mengajukan suaka ke Serbia. Jika mereka belum mengajukannya, dan dengan pertimbangan kami bahwa Serbia negara yang aman, maka kami akan menolak suaka mereka," kata Orban.

Sumber dari partai Fidesz pimpinan Orban menyatakan pihak berwenang akan menerapkan peraturan baru permintaan suaka itu dalam kurun waktu delapan hari ke depan.

Orban bersumpah tidak akan menoleransi hukum perbatasan eksternal Uni Eropa. Orban menilai bahwa krisis imigran kali ini adalah tantangan bagi kemakmuran dan identitas Eropa serta "nilai-nilai Kristen".

Polisi mencatat lebih dari 190 ribu imigran memasuki Hungaria pada tahun ini. Rekor terbaru tercipta pada Senin (14/9) dengan lebih
dari 9.000 ribu orang memasuki Hungaria dalam satu hari.

Para imigran Afrika Utara menggunakan perahu reyot untuk menyebrangi Laut Mediterania. Sementara para imigran dari negara-negara Timur Tengah memasuki Eropa dengan menyebrangi Semenanjung Balkan dari Turki. Krisis imigran ini perselisihan di anatara negara anggota Uni Eropa dan menyuburkan sentimen anti-imigran di benua biru itu.

Badan pengungsi PBB, UNHCR, menentang penunjukan Serbia sebagai "negara dunia ketiga yang aman". Hingga saat ini, Serbia bukan termasuk negara Uni Eropa. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER