Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia menyiagakan tujuh tank di tengah lapangan udara basis militer di Suriah. Namun, dua pejabat Amerika Serikat yang mengungkap fakta tersebut mengaku tidak mengetahui apa tujuan Rusia menempatkan alat berat militer tersebut.
Dilansir Reuters, Selasa (15/9), belakangan ini Rusia memang sedang mengalami tekanan internasional yang meminta penjelasan mengenai pergerakan mereka di Suriah. Kremlin disinyalir mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dalam perang sipil di negara itu selama empat tahun belakangan.
Pentagon enggan berkomentar lebih lanjut mengenai pemberitaan ini. Namun, seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS, Jeff Davis, mengatakan bahwa tindakan Moskow ini mengindikasikan rencana untuk membangun basis operasi penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat pergerakan orang dan barang yang dapat mengindikasikan bahwa mereka merencanakan pengunaan markas di sana, di selatan Latakia, sebagai basis operasi udara mereka," ujar Davis.
Seorang pejabat AS lain yang enggan diungkap identitasnya menjabarkan lebih lanjut bahwa tujuh tank Rusia tersebut berjenis T-90. Rusia juga menyiagakan artileri yang disinyalir digunakan untuk melindungi personel militer mereka di Suriah.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Rusia telah menerjunkan sekitar 200 tentara invanteri angakatan laut, unit perumahan temporer, stasiun kontrol lalu lintas udara, dan komponen lain untuk sistem pertahanan.
Dugaan AS semakin kuat ketika Moskow mengirimkan sekitar dua penerbangan kargo militer dalam satu hari selama sepekan belakangan ke lapangan udara di Suriah.
Seorang sumber dari kalangan diplomat juga mengatakan bahwa Rusia memang ingin memperkuat basis udara mereka di Suriah.
"Ada truk keluar masuk. Sepertinya, landasan pacu tidak cocok untuk beberapa tipe pesawat dan mereka sedang melakukan pembangunan," ucap diplomat tersebut.
Rusia sendiri memang mengaku akan terus menyokong perlengkapan militer untuk Suriah. Menurut Rusia, dukungan mereka terhadap tentara Suriah sesuai dengan hukum internasional.
Namun, AS juga menggunakan lapangan terbang Suriah untuk melancarkan kampanye serangan udara melawan ISIS. Kehadiran Rusia dianggap akan meningkatkan kemungkinan terjadinya perang dingin antara dua kekuatan besar di medan perang.
Sejauh ini, kata seorang sumber pejabat AS, Rusia belum menurunkan helikopter bersenjata ke lapangan udara tersebut.
Musuh Moskow dan Washington sebenarnya sama, yaitu ISIS. Namun, Rusia mendukung pemerintah Assad di Suriah, sedangkan AS mendukung pasukan pemberontak dan menganggap kehadiran pasukan Moskow justru menambah runyam keadaan.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan bahwa segala bentuk dukungan Rusia terhadap Assad justru akan menjadi kontraproduktif. Namun, Gedung Putih tak menutup kemungkinan kerja sama dengan Moskow untuk menangkal kekerasan ekstremis.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Kirby, mengaku belum mengetahui tujuan utama kehadiran militer Rusia di Suriah.
"Sangat jelas, mereka menyediakan lebih banyak bantuan. Namun, tujuan utamanya? Maksud utama mereka di sana? Saya pikir, masih ada yang belum jelas dengan ini semua," katanya.
(stu)