Lima Hal soal Perdana Menteri Baru Australia

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 12:12 WIB
Malcolm Turnbull yang melengserkan Tony Abbott, memulai kariernya sebagai pengacara, kemudian beralih menjadi bankir investasi.
Malcolm Turnbull merupakan mantan peraih Rhodes Scholar, program beasiswa internasional paling bergengsi di dunia yang memberi kesempatan bagi warga asing untuk mengenyam pendidikan di Universitas Oxford. (Getty Images/Stefan Postles)
Jakarta, CNN Indonesia -- Malcolm Turnbull berhasil melengserkan Tony Abbott dari kursi perdana menteri Australia pada Senin (14/9) malam, setelah memenangi pemilihan umum internal Partai Liberal yang berkuasa dengan perolehan suara 54-44. 

Dilansir dari CNN, Turnbull merupakan mantan peraih Rhodes Scholar, program beasiswa internasional paling bergengsi di dunia yang memberi kesempatan bagi warga asing untuk mengenyam pendidikan di Universitas Oxford. 

Lahir di Sydney, New South Wales, pada 24 Oktober 1954, Turnbull dibesarkan oleh sang ayah yang telah berpisah dengan ibunya. Malcolm Turnbull meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Sydney sebelum melanjutkan studi hukumnya di Universitas Oxford di Inggris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut lima hal yang perlu diketahui soal napak tilas Turnbull hingga terpilih sebagai Perdana Menteri Australia. 

1. Berawal dari pengusaha

Dilansir dari Sydney Morning Herald, Turnbull pernah bekerja sebagai wartawan ketika masih mengenyam pendidikan di jurusan seni dan hukum. Lepas dari bangku sekolah, kariernya bersinar sebagai salah satu pengacara yang memberikan pembelaan terhadap mantan intel MI5 melawan pemerintah Inggris, dalam kasus skandal buku biografi Spycatcher. 

Meniti karier di bidang hukum, Turnbull kemudian memasuki dunia bisnis dan mendirikan perusahaan penyedia internet. Kurang memberikan keuntungan, Turnbull akhirnya menjual saham perusahaan ini kepada perusahaan telekomunikasi AS, WorldCOm senilai US$520 juta, atau sekitar Rp7,3 triliun, lalu beralih ke bidang politik. 

Turnbull juga merupakan bankir dalam dunia investasi perbankan selama satu dekade. Peruntungannya di dunia bisnis terus meroket hingga akhirnya menjadi kepala Goldman Sachs Australia dari 1997-2001. 

2. Pernah bersaing dengan Abbott sebelumnya

Turnbull terpilih menjadi anggota DPR untuk wilayah Wentworth dalam pemilihan federal pada 2004. Hanya butuh waktu tiga tahun untuk Turnbull masuk ke dalam kabinet dengan menjabat sebagai Menteri Lingkungan dan Air. 

Pada saat itu, Kevin Rudd menjabat sebagai perdana menteri, tetapi kemudian digulingkan pada 2010.

Meniti karir sebagai politisi, Turnbull kemudian terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal pada 2008 setelah mengalahkan pemimpin incumbent, Brendan Nelson. Partai Liberal ketika itu menjadi partai oposisi pemerintahan Australia. 

Namun tak lama berselang, Turnbull digulingkan sebagai pemimpin Partai Liberal pada Desember 2009, oleh Abbott. Saat itu, pemilihan umum internal partai memenangkan Abbott dengan perolehan suara 42-41. 

Kekalahan Turnbull saat itu dipicu oleh skema perdagangan emisi (ETS) yang didukung Turnbull dan diusulkan oleh pemerintah Rudd. Sementara Abbott menentang keras kebijakan tersebut.

3. Berfokus pada perubahan iklim

Skema perdagangan emisi dan kebijakan Australia terkait perubahan iklim telah lama menjadi sumber pertikaian antara partai politik utama di Negeri Kangguru. 

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull bersama Menteri Luar Negeri sekaligus Wakil Perdana Menteri Julie Bishop sesaat setelah pengumuman hasil pemilihan umum tertutup Partai Liberal. (Reuters/Stringer)
Turnbull pernah melontarkan serangan terhadap pemerintahan Abbott yang memiliki catatan buruk terhadap lingkungan. Saat itu, Turnbull menyerukan adanya "kerangka kebijakan yang kredibel dan kuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca."

"Perubahan iklim adalah masalah jangka panjang utama. Kita harus membuat keputusan hari ini, mengeluarkan biaya yang besar hari ini, untuk menghindari konsekuensi berbahaya beberapa dekade ke depan," kata Turnbull dalam tulisan opininya di media pada 2010. 

Turnbull menyebut Abbott sebagai "penjahat" iklim, dan target emisi yang ditetapkan pemerintahan pada 2030 diberi label "menyedihkan."

4. Pendukung pernikahan sesama jenis

Tak hanya soal penangangan perubahan iklim, Turnbull juga berbeda pendapat dengan Abbottt terkait pernikahan sesama jenis. Dalam tulisan di blognya bulan lalu, Turnbull menyatakan jika ada pemilihan soal kebijakan partai, Turnbull menyatakan akan memilih kebijakan yang mendukung pernikahan sesama jenis. 

Sementara Abbott menyingkirkan kebijakan tersebut, meski berjanji akan menyerahkan persoalan ini kepada rakyat jika dia berhasil terpilih kembali. 

Dalam blognya, Turnbull juga menulis pandangannya bahwa "akan lebih baik jika masalah pernikahan sesama jenis tidak menjadi sumber perdebatan di pemilu berikutnya."

5. Pendukung kesetaraan gender 

Turnbull baru-baru ini menyandang julukan "Pria Pembawa Perubahan" atas perannya dalam mempromosikan kesetaraan gender dalam pemerintahan Australia. 

"Peningkatan jumlah perempuan dalam politik tidak semata-mata 'masalah perempuan'. Ini adalah dalam kepentingan nasional Australia agar warga yang berbakat memiliki akses 100 persen ke pemerintahan, terlepas dari jenis kelamin mereka,", tulis Turnbull dalam blognya.

Sementara Abbott menerima banyak kecaman setelah menunjuk dirinya sendiri sebagai Menteri Perempuan, setelah menjabat sebagai perdana menteri. 

Tahun lalu, Abbott tertangkap kamera tengah mengedipkan mata kepada penyiar radio ABC yang sedang memperkenalkan seorang pekerja seks telepon yang diundang untuk menanyakan Abbott perihal anggaran negara. Gestur Abbott tersebut dinilai sebagai bukti seksisme. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER