Jakarta, CNN Indonesia -- Majalah Charlie Hebdo kembali buat ulah dan menuai kecaman. Kali ini majalah satire asal Perancis itu mengolok kematian Aylan Kurdi, bocah tiga tahun yang tubuhnya terdampar di pantai Turki.
Aylan adalah pengungsi Suriah yang hendak menuju Yunani dari Turki menggunakan perahu seadanya. Dia, kakaknya yang berusia lima tahun, dan ibunya tewas tenggelam setelah kapal mereka terbalik.
Tubuh Aylan terdampar di pantai kota pesisir Bodrum di Turki. Foto Aylan yang telungkup di pasir menggetarkan nurani dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam edisi terbarunya, Charlie Hebdo menggunakan sosok Aylan sebagai sampul depan. Digambarkan tubuh Aylan tersungkur di pasir, sementara ada papan tanda dengan badut serupa maskot restoran cepat saji di belakangnya, bertuliskan:
"Sangat dekat dengan tujuan...Promo! Menu dua anak dengan harga satu."
Ada kartun lainnya di dalam majalah itu yang juga menyinggung soal Aylan. Kartun itu menunjukkan gambar serupa Yesus dengan bocah tenggelam di sampingnya, dengan tulisan:
"Bukti bahwa Eropa adalah Kristen. Kristen berjalan di atas air, anak-anak Muslim tenggelam."
Kartun itu digambar oleh seniman Laurent "Riss" Sourisseau. Kartunis politik itu saat ini selalu didampingi polisi berpakaian preman bersenjata sejak penyerangan ke kantor majalah itu Januari lalu, menewaskan 12 orang.
Mengutip The Independent, Senin (14/9), Riss selamat dari penembakan pada Januari dengan luka di bahunya. Sejak saat itu, dia naik jabatan menjadi editor di majalah tersebut.
Kartun Charlie Hebdo kali ini menuai banyak kecaman di media sosial, kebanyakan mengatakan bahwa majalah tersebut tidak sensitif akan isu kemanusiaan. Selain itu, pengguna Twitter mengutuk Charlie Hebdo yang bebas memperolok banyak pihak sambil berlindung di balik dalih kebebasan berekspresi.
"Charlie Hebdo mengolok Aylan, bocah yang tenggelam. Kemana kalian 'Je Suis Charlie' sekarang?" kata seorang pengguna Twitter, Tayyab.
Ketua Asosiasi Pengacara Kulit Hitam, Peter Herbert, dalam akunnya mengatakan mereka akan mengajukan gugatan hukum terhadap Charlie Hebdo di Mahkamah Kriminal Internasional.
"Charlie Hebdo murni rasis, xenofobia dan publikasi ideologi rusak yang mewakili runtuhnya moral Perancis," kata Herbert.
Namun tidak semua orang memandang kartun itu sebagai penghinaan terhadap Aylan dan agama Islam. Maajid Nawaz, pendiri lembaga
think tank Quilliam berusaha melihatnya dari sisi lain dengan pikiran yang lebih jernih.
"Gambar McDonald's adalah kritik terhadap konsumerisme Eropa yang tanpa hati di hadapan tragedi manusia terburuk di masa ini," kata Nawaz.
(baca juga: Polisi Malaysia Bubarkan Paksa Aksi Rasis Kaos Merah)"Sementara gambar umat Kristen yang berjalan di air sementara Muslim tenggelam mengkritik kemunafikan 'cinta' Kristen Eropa," lanjut dia lagi.
Belum ada komentar dari Charlie Hebdo terkait sampul majalah itu.
(stu)