Presiden Suriah Salahkan Barat atas Krisis Pengungsi di Eropa

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 17 Sep 2015 07:14 WIB
Dalam wawancara terbarunya, Pesiden Suriah, Bashar Al-Assad, menyalahkan negara-negara Barat atas krisis pengungsi di Eropa.
Dalam wawancara terbarunya, Pesiden Suriah, Bashar Al-Assad, menyalahkan negara-negara Barat atas krisis pengungsi di Eropa. (Reuters/SANA/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Suriah Bashar Al-Assad menyalahkan negara-negara Barat atas krisis pengungsi di Eropa. Dalam komentar pertamanya tentang krisis pengungsi di Eropa yang disiarkan para Rabu (16/9), Assad menilai hal ini terjadi karena Barat memberi dukungan kepada teroris.

Dilaporkan Reuters, Assad menyatakan bahwa Eropa kemungkinan besar akan kedatangan lebih banyak warga Suriah yang melarikan diri dari perang di negaranya.

Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Turki dan Arab Saudi mendukung kelompok oposisi dalam perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama empat tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Assad menilai Turki mendukung pertumbuhan dua kelompok pemberontak terbesar di Suriah, yaitu kelompok militan ISIS dan Front al-Nusra. Turki menyangkal tuduhan itu.

Assad juga menilai koalisi serangan udara yang dipimpin Turki gagal menghentikan pergerakan ISIS.

Presiden Suriah menolak anggapan Barat bahwa pemerintahannya yang memicu warga Suriah berbondong-bondong mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa. 

"Selama mereka mengikuti propaganda ini, mereka akan kedatangan lebih banyak pengungsi," kata Assad dalam sebuah wawancara dengan media Rusia. 

"Jika Anda peduli pada kondisi mereka, berhentilah mendukung teroris," kata Assad.

Pemerintah Suriah menganggap semua kelompok bersenjata yang melawan pemerintahan adalah teroris.

Sementara menurut negara Barat, terdapat berbagai kelompok pemberontak di Suriah, mulai dari ISIS yang mengusung Islam garis keras, hingga kelompok nasionalis yang dipandang moderat oleh Barat.

Dukungan Rusia
Sementara itu, Barat mengklaim bahwa selama beberapa pekan terakhir, Assad mendapat dukungan militer dari sekutu utamanya, Rusia. Meski demikian, Assad tidak menyinggung hal itu dalam wawancaranya. 

Gedung Putih menyatakan pada Selasa (15/9) bahwa Rusia sebaiknya bergabung dengan koalisi internasional melawan ISIS, ketimbang membangun pertahanan militer di kawasan Suriah.

AS, Turki dan Arab Saudi menilai Assad harus lengser dari kepemimpinan agar konflik Suriah dapat dihentikan. Sementara Moskow menilai pemerintahan Suriah harus dilibatkan dalam koalisi melawan ISIS.

Dalam wawancara tersebut, Assad menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada koordinasi antara pemerintahnya dan Amerika Serikat, bahkan secara tidak langsung.

"Tidak ada koordinasi atau kontak antara pemerintah Suriah dan pemerintah Amerika Serikat atau antara tentara Suriah dan tentara AS. Bahkan tidak juga melalui pihak ketiga, termasuk Irak," katanya.

Assad juga menepis kabar bahwa Iran, sekutu utama Assad, telah mengajukan proposal inisiatif perdamaian.

"Saat ini tidak ada inisiatif dari Iran, hanya ada sejumlah ide atau prinsip (perdamaian) yang berdasarkan pada kedaulatan Suriah dan niat untuk memerangi terorisme," kata Assad. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER