Jakarta, CNN Indonesia -- Kamis (24/9) tragedi terjadi di Mina, saat prosesi lempar Jumrah Aqabah. Dilaporkan korban yang meninggal lebih dari 800 jemaah dan hampir seribu jemaah luka-luka. Berdasarkan keterangan otoritas setempat seperti dikutip The Guardian, musibah itu akibat dari kepanikan saat seorang jamaah haji terjatuh dari jembatan yang menghubungkan tenda jamaah dengan lokasi lempar jumrah.
"Dimulai dari sebagian kecil massa jatuh, mereka mulai menginjak-injak, diikuti dengan rasa panik dan upaya untuk melarikan diri dari kerumunan, yang mengarah ke peningkatan jumlah korban," kata Brigadir Mansour al-Turki dari Pasukan Keamanan Saudi Umum. Lokasi tersebut merupakan area dua jalur menuju Mina di mana pilar batu tempat melempar jumrah terletak. (Baca juga:
Iran Marah ke Saudi 43 Jemaahnya Tewas di Mina)
Jemaah haji Indonesia asal Lamongan, Jawa Timur, Nilam Andalia (36) yang dihubungi CNN Indonesia, Kamis (24/9) mengaku saat ini dirinya berada di Mekkah. Nilam yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga menjelaskan, setiap rombongan jemaah haji telah mendapatkan penjelasan dari maktab - petugas perwakilan pemerintah Arab Saudi yang mengurus haji - apa yang harus jemaah haji lakukan selama proses haji. “Jadi setiap rombongan itu ada maktabnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilam mengatakan, maktab itu akan menjelaskan semuanya, termasuk soal pelaksaan prosesi jumrah. Nilam mengaku berdasarkan penjelasan dari maktabnya, rombongannya mendapatkan jadwal melempar Jumrah Aqabah pada hari ini lepas magrib. Tidak itu saja, rombongannya dijadwalkan untuk melempar jumrah dari jembatan tingkat yang ketiga. Nilam menyebut, sepengetahuannya, jembatan tingkat ketiga di Mina adalah lokasi para jemaah haji dari Asia Tenggara untuk melakukan jumrah. (Baca juga:
Tragedi Mina 2015, Terburuk dalam 25 Tahun Terakhir)
Hanya saja, lanjut Nilam, tidak semua jemaah haji mematuhi jadwal yang diberikan oleh maktabnya masing-masing. Ketidak patuhan ini, diduga Nilam, karena banyak jemaah yang mencari keutamaan tertinggi saat melaksanakan ibadah haji. “Untuk jumrah, waktu utamanya adalah saat duha hingga 2 jam lepas zuhur. Makanya semuanya ingin melakukan di waktu itu,” tuturnya. Dia menduga, ini yang membuat para jemaah haji berdesakan saat melakukan lempar jumrah. Para jemaah yang berdesakan ini sering menjadi pemicu tragedi di Mina.
Nilam mengaku telah ada pengumuman dari maktabnya bahwa jadwal rombongan hajinya untuk melakukan jumrah Aqabah berubah, meski belum ada kepastian akibat tragedi Mina ini. Hanya saja Nilam menyebut pelemparan jumrah rombongan hajinya akan dilakukan sebelum tengah malam waktu setempat. (Baca juga:
Tentang Jalan 204, Lokasi Musibah yang Tewaskan 310 Haji)
Waki Presiden RI, Jusuf Kalla telah menyampaikan dukacita yang mendalam atas tragedi ini. Peristiwa tersebut, kata Kalla, kemungkinan disebabkan oleh kepanikan yang menyebabkan jemaah haji dalam jumlah besar berdesak-desakan dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. (Baca juga:
Lokasi Sudah Diperluas, Musibah Mina Kembali Berulang)
"Memang tidak mudah mengelola jutaan orang dalam waktu bersamaan. Sehingga, jika terjadi kepanikan mudah menimbulkan korban," kata Kalla seperti dikutip oleh juru bicaranya, Husain Abdullah, pada Kamis (24/9). Lebih lanjut, Kalla meminta seluruh rombongan jemaah haji Indonesia agar disiplin mengikuti seluruh prosesi dengan mematuhi pembimbing masing-masing.
Sejauh ini, disebutkan ada 2 jemaah haji asal Indonesia yang menjadi korban musibah ini. Masih belum jelas identitasnya, termasuk status terakhir mereka, apakah hanya luka-luka atau meninggal dunia. (Baca juga:
Pemerintah Hubungi Otoritas Saudi untuk Identifikasi WNI)
(hel)