Jakarta, CNN Indonesia -- Ian Mercer, ayah dari Chris Harper Mercer, pelaku penembakan di kampus Umpqua Community College di Roseburg, Oregon pekan lalu menyatakan dia tidak tahu dari mana putranya mendapatkan sejumlah senjata api.
Kepada
CNN, Mercer menyatakan dia tak pernah menyadari putranya memiliki 13 senjata api. "Bagaimana dia dapat mengumpulkan 13 senjata? Bagaimana itu bisa terjadi?" kata Mercer.
Pernyataan Mercer ini menyusul aksi penembakan massal yang dilakukan Chris Harper Mercer di kampus Umpqua Community College, pada Kamis (1/10) dan menewaskan sembilan orang dan melukai sembilan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mercer diduga tewas bunuh diri ketika terlibat baku tembak dengan polisi.
Selama wawancara, Ian Mercer menolak berkomentar soal kondisi kejiwaan anaknya, dan kerap menyalahkan peraturan kepemilikan senjata di AS yang tidak ketat.
"Kita berbicara tentang hukum soal senjata. Kita berbicara tentang pengendalian senjata. Setiap kali sesuatu seperti ini terjadi, mereka berbicara tentang hal ini, tetapi tidak ada yang diterapkan," kata Mercer.
"Saya tidak berusaha menyalahkan (peraturan ini) atas apa yang terjadi, tetapi jika Chris tidak dengan mudahnya memiliki 13 senjata, hal ini tak akan terjadi," tutur Mercer.
Mercer menyatakan dirinya sendiri tidak pernah dan tidak ingin memegang pistol. "Saya sangat percaya (kepada filosofi) Anda jangan membeli senjata, jangan membeli senjata, Anda jangan membeli senjata," ujar Mercer melanjutkan.
Mercer menyoroti mengapa penembakan massal kerap terjadi dengan mudahnya di Amerika Serikat, tidak seperti di negara lain. "Seseorang harus mengajukan pertanyaan, mengapa begitu mudah untuk mendapatkan semua senjata ini?" ucap Mercer.
Mercer kemudian juga mengajukan seruan agar terjadi perubahan dalam peraturan kepemilikan senjata di AS.
"Ini harus berubah. Bagaimana tidak? Bahkan orang-orang yang memang memiliki hak untuk memiliki senjata tidak berhak menghilangkan nyawa orang lain," kata Mercer.
"Senjata adalah pembunuh. Sesederhana itu. Untuk apa lagi Anda memerlukan senjata?" kata Mercer melanjutkan.
Sementara, soal kondisi kejiwaan putranya, Mercer menyerahkan seluruhnya kepada penyidikan polisi. Meski demikian, Mercer tetap terbuka soal kemungkinan masalah kejiwaan anaknya yang menyebabkan serangan tersebut.
"Jelas, seseorang yang membunuh sembilan orang memiliki beberapa masalah. Apapun itu, biarkan polisi menentukan temuan mereka," katanya.
(stu)