Misi Pencarian Kapal El Faro Temukan Satu Jasad Tewas

Melodya Apriliana/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2015 13:08 WIB
Kapal El Faro yang hilang sejak Kamis lalu akibat dihantam Badai Joaquin, diyakini telah karam di lautan Kepulauan Bahama, satu awak kapal ditemukan tewas.
Kapal El Faro yang hilang sejak Kamis lalu akibat dihantam Badai Joaquin, diyakini telah karam di lautan Kepulauan Bahama, dengan satu awak kapal ditemukan tewas. (Tote Maritime/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Laut AS mengatakan bahwa kapal kargo El Faro yang hilang sejak Kamis lalu akibat dihantam Badai Joaquin, diyakini telah karam di lautan Kepulauan Bahama, dengan satu awak kapal yang berhasil ditemukan dan dikonfirmasi telah tewas.

"Kami berasumsi kapal telah tenggelam," Mark Fedor dari Polisi Laut AS di Miami, dilansir dari Reuters, Selasa (6/10). Kata dia, tim pencari dan penyelamat tak lagi mencari kapal. Kamis lalu, El Faro sempat mengirim panggilan darurat kala menghadapi Badai Joaquin dengan angin ganas dan ombak setinggi 15 meter.

Fedor menambahkan, pencarian masih berlanjut untuk menemukan 28 awak asal Amerika dan lima orang Polandia yang menaiki kapal itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut perusahaan pemilik El Faro, TOTE Maritime Puerto Rico, kelima orang Polandia yang masih hilang itu bukan kru kapal, melainkan bertugas mereparasi kapal selama berlayar di lautan.

Juru bicara TOTE, Mike Hanson berkata, dirinya tidak dapat merinci perbaikan seperti apa yang dimaksud, namun beberapa kru memang biasa ditambahkan untuk melakukan perbaikan dan pemeliharaan kapal.

Polisi Laut juga belum dapat mengidentifikasi satu jasad yang ditemukan hari Minggu (4/10) dengan jaket keselamatan yang masih menempel di tubuhnya. Sebuah sekoci yang ditemukan di tengah puing lainnya merupakan satu dari dua sekoci yang dibawa El Faro, masing-masing berkapasitas 43 orang.

Ketika berangkat dari Jacksonville, Florida, Selasa lalu, El Faro membawa 391 kontainer "sehingga dihantam angin saking tingginya", kata Fedor. Di bawah dek, terdapat pula 294 kereta gandeng dan kendaraan yang menambah berat kapal.

El Faro tenggelam di laut sedalam 4.572 meter, di jalur pelayaran sibuk kapal-kapal besar.

Sebelumnya, Polisi Laut menemukan dua bidang puing besar yang terpisah sejauh 96 kilometer, berisi penuh dengan barang-barang yang diduga dari El Faro, seperti styrofoam, pintu kargo, serta drum 208 liter.

Kapal sepanjang 240 meter itu bertolak menuju San Juan, Puerto Rico, dalam pelayaran rutinnya.

TOTE Maritime menerangkan, pada panggilan darurat Kamis pagi, El Faro mengatakan telah kehilangan tenaga pendorong, sudah miring, dan kemasukan air usai memasuki jalur Badai Joaquin di lepas pantai Pulau Crooked, Kepulauan Bahamas. Setelah itu, kabarnya tak terdengar lagi.

Badan Keamanan Transportasi Nasional AS akan menggelar investigasi bersama Polisi Laut untuk mengungkap peristiwa ini.

TOTE Maritime belum memberi penjelasan resmi mengapa kapalnya bisa berada di tengah badai dahsyat itu, ketimbang menjauh dari jalur yang dilalui Joaquin.

Hanson berpendapat Sabtu lalu, Joaquin masih merupakan badai kecil ketika El Faro meninggalkan Jacksonville, tetapi bertambah besar seiring berjalannya waktu.

Padahal, Pusat Badai Nasional AS telah memberi peringatan kemungkinan Joaquin menjadi badai besar pada Selasa pukul 5 sore waktu setempat, tiga jam sebelum El Faro berangkat.

Mayoritas kru kapal berasal dari Jacksonville, Florida.

"Saya menyalahkan kapten dan perusahaannya," ujar Terrence Meadows, 36 tahun, seorang teknisi kapal dari utara Florida yang berbicara di luar aula Persatuan Pelayar Internasional.

"Saya bisa saja mengalaminya. Siapapun yang ada di dalam aula itu bisa mengalaminya." kata Meadows, gusar. "Hati saya hancur. Saya hanya bisa membayangkan apa yang mereka rasakan waktu itu. Anda tidak mendaftar untuk mati seperti itu," tambahnya.

Pelayar Internasional merupakan serikat utama kapal dagang di Amerika Utara.

John Kimball, dosen hukum kelautan di Sekolah Hukum Universitas New York berpendapat, masih terlalu dini untuk mengira-ngira tuntutan apa yang akan dihadapi TOTE atas kehilangan ini.

Namun, pengacara dari New York City, Andrew Buchsbaum, justru mengatakan lain. Menurut pria yang kerap menangani kasus cidera maritim ini, karena El Faro dimiliki oleh perusahaan AS dan berlayar menuju pelabuhan AS, keluarga para awak kapal dapat menggugatnya di bawah hukum federal bernama Jones Act, yang mengatur soal kelalaian pelaut dan kapal tidak layak berlayar.

"Dengan teknologi pelacak cuaca canggih yang ada saat ini, rasanya tidak dapat dimengerti bila kapal sebesar itu bisa tertangkap badai yang sebelumnya telah diprediksi," kata Buchsbaum.

Saat ditanya Senin kemarin, Hanson tidak dapat berspekulasi apakah El Faro mengalami kehilangan daya dorong dan masalah pada mesin sebelum dihantam badai.

"Kami menunggu hasil penyelidikan," jawabnya.

Para ahli maritim menyebut peristiwa ini sebagai bencana pelayaran kargo terburuk yang dialami kapal berbendera AS sejak 1983. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER