Rusia Bantah Pengiriman Pasukan Darat ke Suriah

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2015 15:45 WIB
Rusia menyanggah dengan tegas pemberitaan mengenai penerjunan pasukan darat untuk turut bertempur dalam perang Suriah.
Pejabat Pentagon mengatakan bahwa Rusia kemungkinan tengah menyiapkan pasukan darat untuk mendukung serangan udara penggempur kelompok militan ISIS demi membela pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad yang sudah dilancarkan sejak pekan lalu. (Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia menyanggah dengan tegas pemberitaan mengenai penerjunan pasukan darat untuk turut bertempur dalam perang Suriah.

Seperti dilansir The Telegraph, Pentagon mengatakan bahwa Rusia kemungkinan tengah menyiapkan pasukan darat untuk mendukung serangan udara penggempur kelompok militan ISIS demi membela pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad yang sudah dilancarkan sejak pekan lalu.

Pentagon meyakini Rusia sudah menurunkan beberapa perangkat artileri, termasuk empat sistem rudal BM-30 Smerch. Kepala Komite Pertahanan Majelis Rendah Parlemen Rusia, Vladimir Komoyedov, bahkan mengatakan bahwa veteran perang Rusia juga dapat diterjunkan untuk berperang di Suriah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Moskow, tudingan tersebut tak berdasar.

"Presiden Vladimir Putin, Kementerian Pertahanan, dan Majelis Tinggi Parlemen sudah berulang kali mengatakan bahwa tak ada perbincangan mengenai pasukan darat. Jika Pentagon memiliki opini lain, saya sarankan mereka menyiarkannya kepada publik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

Zakharova mengakui bahwa ISIS hanya dapat dilawan dengan pasukan darat. Namun, tugas tersebut akan dilakukan oleh tentara Suriah sementara Rusia akan mendukung mereka melalui udara.

Laporan ini mencuat setelah hubungan Rusia dan AS kian tegang. Pasalnya, koalisi di bawah komando AS juga sudah melancarkan serangan udara untuk menumpas ISIS di Irak dan Suriah sejak tahun lalu.

AS dan Rusia memang satu visi dalam penggempuran ISIS. Namun, AS tak sependapat dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan Assad. Menurut AS, Assad adalah dalang dari segala masalah di Suriah.

Meskipun sempat berkoordinasi agar tak terjadi bentrokan di udara, hubungan AS dan Suriah terus tegang. AS dan negara sekutunya menuding serangan udara Rusia bukan menghancurkan pangkalan ISIS, melainkan kamp pelatihan pasukan pemberontak Suriah. Kelompok tersebut dilatih oleh AS untuk melawan ISIS.

Sementara itu, Turki juga melontarkan protesnya kepada Rusia. Pasalnya, sudah dua kali jet tempur milik Rusia melanggar perbatasan hingga sampai ke angkasa Turki. Militer Turki pun mengintersepsi pesawat tersebut.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menganggap pelanggaran pesawat Rusia ke wilayah Turki tersebut sangat serius dan berbahaya.

"Tidak terlihat seperti ketidaksengajaan. Kami sudah melihat dua sepanjang akhir pekan," katanya.

Pemerintah Rusia mengetahui pelanggaran tersebut dan mengaku salah. Namun, mereka tidak mengetahui insiden kedua. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER