Jakarta, CNN Indonesia -- Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Doctors Without Borders pada Rabu (7/10) menyerukan penyelidikan internasional yang mandiri terkait serangan bom Amerika Serikat ke rumah sakit yang dikelola kelompok bantuan medis itu di wilayah Kunduz, Afghanistan. MSF menganggap insiden ini sebagai kejahatan perang.
Dilaporkan Reuters, MSF menyatakan penyelidikan tersebut ditujukan untuk mengumpulkan fakta dan bukti dari AS, NATO dan Afghanistan, serta kesaksian dari staf MSF dan pasien yang selamat dari serangan pada Sabtu (3/10) itu.
Setelah penyelidikan dilakukan, MSF akan mempertimbangkan apakah akan mengajukan tuntutan pidana untuk banyaknya nyawa yang hilang dan kerusakan parsial rumah sakit pasca insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MSF menyatakan bahwa rusaknya rumah sakit mereka menjadikan puluhan ribu warga Afghanistan tidak memiliki akses perawatan kesehatan.
"Jika kita membiarkan saja insiden ini berlalu dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, kita sama saja memberikan akses kekerasan bagi semua negara yang berperang," kata Presiden MSF Internasional, Joanne Liu dalam konferensi pers.
"Jika kita tidak menjaga fasilitas medis untuk melakukan kegiatan kami, maka tidak mungkin kami melakukan aktivitas kami di negara berkonflik lain, seperti Suriah, Sudan Selatan, dan Yaman," kata Liu.
Sementara di New York, direktur eksekutif dari MSF di Amerika Serikat, Jason Cone, menyerukan Komisi Pencari Fakta Kemanusiaan Internasional untuk diaktifkan pertama kalinya sejak dibentuk di bawah Konvensi Jenewa pada 1991.
Cone mendesak Presiden AS, Barack Obama, untuk menyetujui komisi tersebut. "Melakukan hal ini akan mengirim sinyal komitmen kuat bahwa pemerintah AS menghormati hukum kemanusiaan internasional di bawah aturan perang," kata Cone dalam konferensi pers.
Dalam konferensi tersebut, Liu juga memaparkan kekacauan yang terjadi ketika bom menghujani rumah sakit itu selama satu jam.
"Pasien kami terbakar di tempat tidur mereka. Dokter dan perawat serta staf MSF lainnya tewas ketika mereka bekerja. Dokter kami harus merawat rekan medis lainnya," katanya.
Militer Amerika Serikat mengaku bertanggungjawab pada Selasa (6/10) atas serangan udara yang menewaskan 22 orang, termasuk 12 staf MSF. Baik Obama maupun Jenderal Angkatan Darat AS, John Campbell, menyebut serangan ini sebagai kesalahan.
Menteri Pertahanan AS Ash Carter, berbicara kepada wartawan di Roma, Rabu, mengatakan, "Kami sedang melakukan penyelidikan penuh dan transparan dan akan memastikan siapapun yang bertanggung jawab atas perilaku yang tidak tepat ini," kata Menteri Pertahanan AS Ash Carter di Roma, Rabu.
Kementerian Pertahanan Afghanistan pada Minggu (4/10) menyatakan pejuang Taliban telah menyerang rumah sakit dan menggunakan gedung RS tersebut "sebagai perisai manusia."
Meski demikian, MSF membantah pernyataan tersebut, dan menyatakan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk merawat siapa pun yang terluka.
Perang punya aturanLiu menyatakan bahwa komisi yang tidak memihak dapat dibentuk atas permintaan satu negara, menurut Konvensi Jenewa yang menetapkan standar internasional dalam perang. Penyelidikan mandiri ini diperlukan karena "terdapat penjelasan yang tidak konsisten antara AS dan Afghanistan."
"Kita tidak bisa mengandalkan penyelidikan internal oleh AS, NATO dan pasukan Afghanistan," kata.
PBB mengutuk serangan tersebut tetapi menyatakan akan menunggu hasil penyelidikan dari AS, NATO dan Afghanistan sebelum memutuskan apakah akan mendukung penyelidikan independen.
Diminta untuk mengklarifikasi apakah MSF akan mencoba menggelar pengadilan pidana, penasihat hukum MSF Francoise Saulnier menyatakan, "Kami tidak tahu langkah berikutnya. Kami tidak ingin menghilangkan setiap pilihan yang ada."
Selasa lalu, MSF sudah mengirim surat untuk 76 negara yang meratifikasi protokol tambahan dalam Konvensi Jenewa yang mengatur komisi yang terdiri dari 15 pakar dan berbasis di Swiss pada 1991. MSF juga tengah berdiskusi dengan Swiss soal kemungkinan membentuk komisi internasional tersebut.
Saulnier menyatakan bahwa AS dan Afghanistan belum menandatangani komisi itu, dan persetujuan dari negara-negara yang terlibat diperlukan untuk mengaktifkan penyelidikan mandiri yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bruno Jochum dari MSF menyatakan rumah sakit MSF di Kunduz merawat hampir 400 orang, termasuk beberapa anggota kelompok Taliban yang terluka dalam pertempuran sengit beberapa hari sebelum serangan terjadi.
"Kami memiliki delapan tempat tidur ICU dengan ventilator yang berteknologi tinggi. Ini bukan rumah sakit kecil. Anda tidak bisa tidak melihat rumah sakit itu," kata Liu. "Bahkan perang pun memiliki aturan."
(stu)