Wartawan AS yang Dituduh Mata-mata Divonis di Iran

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 12 Okt 2015 10:21 WIB
Pengadilan Iran membacakan putusan kasus percobaan spionase seorang jurnalis Washington Post, Jason Rezaian, pada Minggu (11/10). Namun, hukuman belum jelas.
Ilustrasi penjara. (Diolah dari Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan Iran telah membacakan putusan kasus percobaan spionase seorang jurnalis The Washington Post, Jason Rezaian, pada Minggu (11/10).

Dilansir CNN merujuk pada laporan Iranian Students News Agency, putusan dan hukuman yang dijatuhkan hingga kini belum diketahui.

"Orang ini sudah dinyatakan bersalah, tapi saya tidak tahu rincian putusannya," ujar juru bicara pengadilan, Gholam-Hossein Mohseni Ejei, seperti dikutip ISNA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ejai mengatakan bahwa hasilnya kemungkinan akan diumumkan oleh Rezaian atau pengacaranya dalam kurun waktu 20 hari mendatang.

Ketidakjelasan terus berlanjut hingga Minggu. Pihak keluarga menyatakan bahwa ini merupakan babak sedih lainnya dalam 14 bulan masa penahanan ilegal dan proses peradilan tak jelas.

Menurut keluarga Rezaian, kurangnya informasi ini, "sejalan dengan pola tak jelas oleh otoritas Iran yang bungkam, membingungkan, terlambat, dan sangat kurangnya kepatuhan terhadap hukum internasional, termasuk hukum Iran."

Editor berita luar negeri The Washington Post, Doug Jehl, menganggap bahwa pengumuman putusan misterius ini merupakan penipuan.

"Iran memang mengatakan sudah ada putusan, tapi ini sekali lagi mengindikasikan bahwa ini bukan masalah pengadilan, ini adalah masalah yang sedang diputuskan oleh politik di Iran," katanya.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan bahwa pemerintah belum mendapatkan informasi jelas mengenai putusan tersebut.

"Kami sangat memonitor situasi ini dan kami terus menyerukan semua tuduhan atas Jason untuk dibatalkan dan dia segera dibebaskan," ucap Kirby.

Ketidakjelasan memang meliputi kasus Rezaian sejak awal bergulir.

Rezaian selaku kepala biro The Washington Post di Teheran ditahan di Iran pada Juli 2014 dan dijebloskan ke penjara tanpa alasan jelas. Aparat menudingnya melakukan spionase dan tuduhan lain, seperti "berkolaborasi dengan pemerintah musuh" dan "propaganda melawan peraturan."

The Washington Post menampik tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "produk dari imajinasi yang membingungkan."

Proses peradilan Rezaian akhirnya dimulai pada Mei lalu dengan sangat rahasia. Kepala editor The Washington Post, Marty Baron, menganggap pengadilan tersebut merupakan penipuan dan perlakuan terhadap Rezaian adalah cemoohan.

Kejanggalan pengadilan kian menjadi ketika pada Juli, Rezaian dan istrinya, Yeganeh Salehi, dijebloskan ke penjara. Namun, Salehi kemudian dibebaskan.

Pengadilan mencapai kesimpulan pada Agustus, tapi tak ada kejelasan mengenai putusannya.

Kala itu, Rezaian bagai taruhan dalam geopolitik. Presiden AS, Barack Obama, dihujani kritik dari beberapa pihak yang menyimpulkan bahwa persetujuan antara dua negara berkekuatan besar dalam nuklir Iran sama sekali tak menyinggung masalah pembebasan Rezaian dan warga lain.

Dalam pidatonya pada musim panas lalu, Obama akhirnya menyinggung masalah Rezaian dan warga Amerika lain yang ditahan dengan tak adil di Iran. "Jurnalis Jason Rezaian harus dibebaskan," kata Obama.

Sementara itu selama satu tahun, komunitas internasional melontarkan protes keras terhadap penahanan Rezaian. Muhammad Ali, seorang legenda tinju Muslim berkebangsaan AS, juga mendorong Teheran untuk membebaskan Rezaian.

"Sepengetahuan saya, Jason adalah pria penuh damai dan keyakinan, pria yang berdedikasi dan hormat kepada warga Iran dalam pekerjaannya," kata Ali dalam pernyataan tertulisnya pada Maret lalu.

Kepala hak asasi manusia Iran, Mohammad Javad Larijani, pada tahun lalu mengatakan kepada France 24 bahwa ia berharap kasus Rezaian dapat berakhir dengan kesimpulan positif. "Mari kita berharap bahwa kegagalan ini dapat berakhir dengan baik," tuturnya.

The Washington Post sendiri terus membuat perhatian dunia tertuju pada kasus ini. Pada Jumat (9/10), The Washington Post mengingatkan bahwa Rezaian sudah ditahan selama 444 hari.

"(Kurangnya publikasi) mengindikasikan bahwa Jason bukan benar-benar seorang tahanan. Ia merupakan alat tawar menawar yang digunakan pemerintah Iran untuk membuat AS menyetujui beberapa hal," kata Jehl pada Minggu. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER