Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Israel pada Minggu (18/10) mulai mendirikan tembok di Yerusalem Timur untuk melindungi permukiman Yahudi dari serangan bom dan pelemparan batu yang diluncurkan warga Palestina dari desa sekitar.
Pembangunan tembok yang akan membatasi lingkungan desa Palestina Jabel Mukaber dengan permukiman Yahudi Armon Hanatziv ini menuai kecaman dari oposisi pemerintah Israel yang menilai langkah ini tak ubahnya pembentukan divisi de facto di Yerusalem.
Pada Minggu (18/10), polisi Israel menempatkan enam lembaran dinding di wilayah Jabel Mukaber. Masing-masing lembaran dinding memiliki panjang sekitar 2,5 meter dengan panjang dua meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat tulisan dalam bahasa Ibrani di setiap lembar dinding, bertuliskan "blokade polisi penjagaan sementara."
Pemerintah daerah setempat menyatakan dinding tersebut akan didirikan sepanjang 300 meter dan ditempatkan di wilayah "di mana pelemparan batu dan serangan bom ditujukan ke rumah dan mobil warga Yahudi."
Berbagai kerusuhan dan serangan terjadi di wilayah Jabel Mukaber dalam beberapa hari belakangan. Dalam beberapa insiden terakhir, sebanyak 42 warga Palestina dan tujuh warga Israel tewas, menimbulkan kekhawatiran akan terjadi aksi kerusuhan besar-besaran di wilayah itu.
Tiga warga desa itu membunuh tiga warga Israel dalam dua serangan terpisah di Yerusalem pada Selasa lalu, sebelum tewas ditembak oleh pasukan keamanan.
Pada Sabtu (17/10), warga Palestina yang baru berusia 16 tahun ditembak mati oleh polisi setelah mencoba menusuk polisi perbatasan di pos pemeriksaan dekat Jabel Mukaber.
Dinding baru yang didirikan Israel akan menjadi salah satu dari serangkaian pos pemeriksaan Israel yang didirikan dalam beberapa hari terakhir di sejumlah pintu gerbang wilayah palestina di Yerusalem timur, termasuk Jabel Mukaber.
Partai Persatuan Zionis, partai berhaluan kiri-tengah yang memimpin oposisi terhadap koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengkritik pembangunan dinding tersebut.
"Netanyahu secara resmi membagi Yerusalem hari ini. Netanyahu telah kehilangan kemampuan untuk menjaga keselamatan warga Israel dan kesatuan Yerusalem," bunyi pernyataan dari Partai Persatuan Zionis.
Sejak menguasai Yerusalem pasca memenangkan Perang Enam Hari pada 1967, Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota bersejarah yang tidak memiliki pembagian wilayah.
Meski demikian, warga Palestina menilai wilayah tersebut diduduki Israel dan menginginkan Yerusalem sebagai ibu kota negara ketika kedaulatan Palestina diakui publik internasional.
(ama/stu)