Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang saksi tak bersalah tewas pasca ditembak oleh pasukan keamanan dan dihajar massa, karena diduga membantu pelaku penyerangan di sebuah terminal bus di Israel.
Dilansir dari Independent pada Senin (19/10), sebuah terminal bus di Beersheba, Israel, diserang oleh seseorang yang bersenjata pistol dan pisau. Peristiwa ini menewaskan satu orang dan melukai sepuluh lainnya.
Penyerang yang merupakan keturunan Arab itu kemudian ditembak mati pada Minggu (18/10) malam tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyusul insiden itu, pasukan keamanan salah menembak saksi yang merupakan pencari suaka asal Eritrea, Afrika, yang diyakini berdiri dekat kejadian.
Rekaman video menunjukkan dirinya tengah dipukuli oleh kerumunan orang yang menyangka dia kaki tangan sang pelaku.
Setelah itu, massa dilaporkan berkumpul di luar stasiun dan melantunkan nyanyian "kematian untuk orang Arab."
Menurut petugas kepolisian di wilayah selatan Israel, pelaku mulai menembak dan menikam orang-orang usai memasuki terminal bus tersebut.
Komandan polisi Yoram Halvey mengatakan pelaku juga mencuri senjata dari tentara Israel yang dibunuhnya. Lima anggota polisi dan lima warga sipil terluka akibat serangan.
Sesuai temuan badan intelijen Shin Bet, pelaku penyerangan diidentifikasi bernama Muhand al-Okabi, warga Israel keturunan Arab berusia 21 tahun, seperti diberitakan Jerusalem Post.
Al-Okabi diyakini berasal dari kota Hura dan tak memiliki rekam jejak kriminal.
Serangan yang dilancarkannya dianggap sebagai serangan yang terparah di tengah peningkatan kekerasan anatara Israel dan Palestina.
Israel telah memperketat sejumlah langkah keamanan, termasuk pemblokiran jalan dan penempatan pos pemeriksaan di berbagai pintu masuk di wilayah Palestina di timur Yerusalem.
Selain pengecekan identitas, kepolisian mewajibkan warga Palestina mengangkat baju dan menggulung celana mereka saat keluar dari wilayahnya untuk membuktikkan tak ada senjata yang mereka bawa.
Pada Minggu, kepolisian Israel membuat pemisah antara wilayah Armon Hanatziv, Israel dari wilayah Jabal Mukaber, Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon mengatakan pemisah itu "tidak mengandung makna politis apapun" dan merupakan "satu lagi aspek langkah keamanan kami."
Para pemimpin Israel mengklaim kekerasan yang terjadi saat ini adalah karena hasutan Palestina. Namun, Palestina menuding balik dengan mengatakan peristiwa ini merupakan akibat dari pendudukan Israel selama bertahun-tahun, gagalnya upaya perdamaian, dan pupusnya harapan para pemuda Palestina.
(ama)