Yangon, CNN Indonesia -- Kegaduhan terjadi di Basic Education Primary School Number 3 pada Minggu (8/11) pagi, ketika tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi mendatangi tempat pemungutan suara yang terdapat di dalam gedung sekolah tersebut.
Puluhan wartawan asing memadati sekolah yang terletak di Kambawza Street, Kokaing Road, di wilayah Bagan Township, Yangon itu. Para pewarta ini, menurut warga sekitar, mulai mendatangi sekolah sedari pukul 6.30 pagi.
Deretan mobil juga terlihat mengular dari depan sekolah sepanjang 500 meter hingga ke depan mulut jalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikawal ketat dengan rombongan pengurus partai Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD, Suu Kyi masuk ke dalam ruang sekolah yang terletak di sisi kiri lapangan dari gerbang tersebut.
“Ama Suu, ama Suu!,” teriakan dalam bahasa Myanmar yang berarti ‘Bunda Suu’ yang terdengar selama Suu masuk ke dalam ruangan sekolah.
Peraturan ketat dari pemerintah Myanmar melarang awak media untuk meliput di dalam ruang pemungutan suara, meski memiliki kartu identitas khusus untuk meliput berjalannya pemilu. Hanya pengamat asing dan lokal yang diperbolehkan berada di dalam ruangan.
Meski demikian, kamera wartawan tak henti menjepretkan apapun melalui celah pintu ruangan, berharap dapat mendapatkan foto tokoh demokrasi Myanmar yang kini berusia 70 tahun itu.
Sekitar pukul 9.15 waktu Yangon, Suu Kyi keluar dari tempat pemungutan suara, segera disambut oleh banyak wartawan.
Suu Kyi menggunakan atasan merah maroon dan
longyi (sarung khas warga Myanmar) putih, Dikawal ketat dengan rombongan pengurus partai Liga Nasional untuk Demokrasi.
Situasi saat itu tidak terkendali. menurut pemantauan CNN Indonesia, banyak wartawan yang tergencet karena berdesakan, ada berteriak minta tolong, dan ada yang terjatuh dari tangga ketika berusaha mengambil foto Suu Kyi.
Suu Kyi kemudian meninggalkan sekolah dengan mobil Toyota Pajero berwarna silver merah, tanpa memberikan komentar apapun kepada para wartawan.
Suu Kyi dan partainya, NLD, dijagokan memenangi pemilu Myanmar yang disebut paling demokratis dalam 25 tahun terakhir. Namun, Suu Kyi tidak akan bisa menjadi presiden Myanmar karena dijegal undang-undang yang melarang politisi dengan pasangan warga negara asing memimpin negeri.
Jika menang, Suu Kyi diperkirakan akan menunjuk presiden boneka yang menjalankan setiap titahnya.
Dalam pemilu tahun ini, lebih dari 6.000 kandidat bertarung memperebutkan 1.711 kursi di parlemen nasional dan semua majelis untuk 14 negara bagian dan wilayah Myanmar.
(den)