Lagi, Penghina Raja Thailand Meninggal di Penjara

Melodya Apriliana | CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2015 19:07 WIB
Sebelumnya bulan lalu, seorang pria dengan tuduhan yang sama juga meninggal dalam penahanan polisi.
Thailand memiliki hukum lese majeste terketat di seluruh dunia. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang lagi pria yang menjadi tersangka penghinaan terhadap anggota kerajaan Thailand meninggal dunia dalam penjara. Sebelumnya bulan lalu, seorang pria dengan tuduhan yang sama juga meninggal dalam penahanan polisi.

Seperti diberitakan Reuters yang mengutip Kementerian Kehakiman pada Senin (9/11), Suriyan Sucharitpolwong, peramal terkenal sekaligus mantan ajudan Pangeran Maha Vajiralongkorn, dilarikan ke rumah sakit pada Selasa lalu dan wafat karena sebab wajar pada Sabtu.

Suriyan meninggal akibat "infeksi darah", menurut pernyataan Departemen Pemasyarakatan Thailand.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suriyan dan dua tersangka lain didakwa dengan lese-majeste atas tuduhan konspirasi menghina nama Pangeran Vajiralongkorn. Lese-majeste Thailand merupakan hukum penghinaan terhadap kerajaan terketat di dunia.

Hukum itu mengganjar minimal 15 tahun penjara bagi siapa pun yang menghina raja, ratu, pewaris, maupun walinya.

Sebelum ditangkap, Suriyan sering terlihat bersama pejabat Thailand. Ia juga merupakan ketua pelaksana kegiatan bersepeda bulan Agustus lalu yang turut dihadiri pangeran untuk merayakan ulang tahun sang ibu, Ratu Sirikit.

Tersangka kasus penghinaan kerajaan Thailand lainnya yakni seorang polisi terkemuka Prakrom Warunprapa, bulan lalu tewas dalam penahanan. Kepolisian menemukannya gantung diri dengan kaus, tetapi menolak menggelar otopsi.

Investigasi itu adalah upaya untuk menindak tegas para penghina kerajaan, diluncurkan oleh junta yang berkuasa usai kudeta tahun lalu.

Perdana Menteri sekaligus pendukung kerajaan Prayuth Chan-ocha telah berjanji untuk membasmi kritik terhadap monarki. Namun sebagian orang berpendapat penyelidikan itu bertujuan memastikan tertibnya suksesi kerajaan.

Raja Bhumibol, 87, kini tengah dalam masa penyembuhan di sebuah rumah sakit di Bangkok pasca dirawat akibat "cairan di kepala".

Kesehatannya yang terus menurun menambah suasana ketidakpastian politik di Thailand setelah kudeta 2014.

"Ini adalah masa sensitif bagi Thailand sekaligus alasan mengapa militer berkuasa, yaitu memastikan suksesi kerajaan yang mulus ketika masanya tiba," ujar seorang analis politik asal Bangkok yang menolak mengungkap identitasnya, dilansir dari Reuters.

Ketegangan yang menyelimuti suksesi tersebut telah melatarbelakangi krisis politik selama satu dekade terakhir di Negeri Gajah Putih itu. Hukum lese-majeste melarang diskusi terbuka apapun tentang suksesi Raja Bhumibol.

Kepala kepolisian nasional Jakthip Chaijinda mengatakan kepolisian akan mengeluarkan surat perintah penangkapan berikutnya, termasuk untuk pejabat militer, terkait penyelidikan ini.

(den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER