Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Myanmar, Thein Sein pada Minggu (15/11) menyatakan bahwa hasil penghitungan suara yang menunjukkan kemenangan besar untuk partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD, merupakan konsekuensi atas reformasi dalam pemerintahannya. Thein Sein juga berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada Suu Kyi ketika NLD resmi dinyatakan menang.
Thein Sein merupakan salah satu dari sejumlah mantan jenderal militer yang berhenti dari posisinya untuk bergabung dengan pemerintahan semi-sipil pada pemilu 2010 lalu. Sein menilai pemilu multi partai yang digelar tepat sepekan lalu, yaitu pada Minggu (8/11), merupakan bukti perubahan politik dan ekonomi yang diterapkan di negara yang berpuluh tahun berada dalam kekuasaan junta militer ini.
"Pemilu adalah hasil dari proses reformasi dan seperti yang kami janjikan, kami mampu menyelenggarakannya dengan sangat berhasil," katanya dalam pertemuan sejumlah partai politik di Yangon, Minggu (15/11), dikutip dari Channel NewsAsia. Ini merupakan penampilan publik pertama Sein sejak pemilu digelar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menyerahkan proses (reformasi) ini kepada pemerintah baru. Jangan khawatir tentang transisi," katanya menjawab sejumlah kekhawatiran soal pengakuan kemenangan NLD oleh pemerintah dan militer Myanmar.
Di hadapan perwakilan lebih dari 90 partai politik yang bertarung dalam pemilu tersebut, Sein menyatakan pemilu merupakan "tugas" negara demokratis.
Pernyataan ini dikemukakan Sein menyusul kekalahan besar Partai Persatuan Solidaritas dan Pengembangan, USDP, yang dipimpinnya dan didukung oleh militer. Dalam pemilu tahun ini, USDP hanya berhasil mengamankan sekitar 10 persen kursi di parlemen, kekalahan yang sangat besar dibanding NLD yang telah mengamankan 80 persen kursi parlemen.
USDP diperkirakan akan menjadi partai oposisi dalam pemerintahan Myanmar selanjutnya yang didominasi oleh pejabat Partai NLD.
"Partai pemenang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan partai-partai oposisi lainnya harus memantau dan menyeimbangkan. Itu lah yang disebut demokrasi," kata Sein.
Selama lima tahun, Sein, 70 tahun, memimpin periode pemerintahan semi-sipil pertama Myanmar, membuka isolasi negara itu, membebaskan sejumlah tahanan politik, melepaskan tekanan terhadap media dan menyambut investasi asing.
Pada Minggu, Sein memuji sejumlah pemantau internasional yang menyatakan pemilu Myanmar berjalan "bebas dan adil."
Baik Sein dan kepala militer Myanmar sepakat melakukan pembicaraan dengan Suu Kyi dalam beberapa hari mendatang, untuk bernegosiasi soal pemerintah Myanmar selanjutnya. Sein akan tetap memerintah Myanmar hingga Maret tahun depan.
Para pengamat menilai akan sangat penting Suu Kyi membangun hubungan yang ramah dengan elit militer, yang masih memiliki kekuasaan politik dan ekonomi yang signifikan.
Suu Kyi sendiri dikabarkan telah berangkat ke ibu kota Naypyidaw. Pada Senin (16/11), Suu Kyi dijadwalkan akan menghadiri sesi terakhir dari parlemen lama. Suu Kyi juga akan terus menjabat sebagai anggota legislatif sementara sampai Januari mendatang.
Juru bicara NLD Nyan Win, yang menghadiri pertemuan di Yangon pada Minggu, menegaskan kembali komitmen partai untuk melakukan "rekonsiliasi nasional dan perdamaian."
(ama)