Jakarta, CNN Indonesia -- Intelijen Inggris sedang membangun pasukan siber yang bersifat ofensif untuk mengatasi ancaman serangan siber yang diluncurkan kelompok militan ISIS. Menteri Keuangan George Osborne mengungkapkan hal ini pada Selasa (17/11) setelah memperingatkan bahwa ISIS tengah membangun serangan digital mematikan.
Menurut Osborne, ISIS berusaha untuk mengembangkan kemampuan sibernya untuk menyerang sejumlah infrastruktur umum Inggris, seperti rumah sakit, jaringan listrik dan sistem kontrol lalu lintas udara. Serangan siber ISIS disebut mampu mematikan sejumlah fasilitas umum ini.
Sebagai tanggapan, Inggris akan meningkatkan pengeluaran pertahanan cyber, menyederhanakan struktur maya dan membangun kemampuan maya ofensif sendiri untuk menyerang musuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan mempertahankan diri. Tapi kami juga akan melakukan perlawanan kepada Anda," kata Osborne, politisi paling berpengaruh kedua di Inggris setelah Perdana Menteri David Cameron, di kantor lembaga intelijen Inggris GCHQ, dikutip dari Reuters.
"Kami sedang membangun sendiri kemampuan maya ofensif kami, kemampuan khusus untuk melawan serangan di dunia maya Ketika kita berbicara tentang mengatasi )ISIS), yang berarti menanggulangi ancaman siber, begitu juga senjata, bom dan pisau yang mereka miliki," kata Osborne.
Pasukan serangan siber Inggris yang baru akan dijalankan bersama antara GCHQ dan Kementerian Pertahanan, dan akan menargetkan peretas individu, kelompok kriminal, kelompok militan dan musuh Inggris lainnya, menggunakan "spektrum penuh," kata Osborne.
GCHQ merupakan salah satu badan intelijen ternama dunia yang didirikan Winston Churchill pada Perang Dunia I. GCHQ sempat berada di bawah layanan intelijen internasional Inggris, MI6, namun kemudian membangun reputasi dan pengaruhnya sebagai salah satu lembaga intelijen terpenting dunia.
Sebagai salah satu lembaga mata-mata yang paling rahasia di dunia, keberadaan GCHQ bahkan baru resmi diakui secara hukum oleh Inggris pada dekade 1990-an.
Setelah serangan Paris pada pekan lalu , yang menewaskan sedikitnya 132 orang dan diklaim oleh ISIS, Inggris mengatakan akan meningkatkan staf di layanan keamanan nasional (MI5), layanan keamanan internasional (MI6) dan lembaga intelijen GCHQ sekitar 15 persen.
Osborne menenakankan bahwa keputusan untuk menaikkan biaya pertahanan siber sebenarnya sudah direncanakan sebelum tragedi berdarah di Paris yang menewaskan setidaknya 132 orang itu."Taruhannya bisa lebih tinggi, jika pasokan listrik atau kontrol lalu lintas udara, atau rumah sakit kami berhasil diserang secara daring, dampaknya dapat diukut dalam ranah kerusakan ekonomi, tapi juga nyawa," ujar Osborne. (ama)