Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Rabu (18/11) membentuk komisi pemberantas pendanaan terorisme dalam rangka upaya penggempuran lebih kuat terhadap militan ISIS.
Dalam sebuah dekrit, Putin memerintahkan kantor kejaksaan, bank pusat, dan otoritas regional untuk melaporkan kepada komisi ini, informasi apapun mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan pendanaan terorisme agar asetnya bisa segera dibekukan.
Pengumuman ini disampaikan setelah Putin menerima konfirmasi bahwa penyebab kecelakaan pesawat penumpang Rusia di Mesir yang menewaskan 224 orang adalah serangan bom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat terpisah, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa tak ada perubahan rencana serangan udara di Suriah setelah penyebab jatuhnya pesawat tersebut terkuak.
Peskov bahkan mengatakan bahwa serangan udara saja tidak cukup untuk melawan ISIS. Pasukan tersebut harus didukung dengan operasi darat yang dilakukan oleh tentara Suriah.
Setelah rangkaian teror yang menewaskan setidaknya 129 orang di Paris pada Jumat lalu dan fakta mengenai pesawat ini, masalah keamanan global memang menjadi sorotan Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Turki.
Melenceng dari tujuan utama membahas perekonomian global, para pemimpin negara G20 juga malah mendiskusikan peningkatan kontrol perbatasan, keamanan penerbangan, dan pemberantasan pendanaan teroris.
Dalam kesempatan tersebut, Putin juga membocorkan data intelijen negaranya yang menunjukkan bahwa ISIS mendapatkan pasokan dana dari 40 negara, termasuk anggota G20.
"Saya memiliki contoh berdasarkan data kami mengenai pendanaan beberapa unit berbeda ISIS oleh individu privat. Uang ini datang dari 40 negara dan ada beberapa anggota G20 di antaranya," ujar Putin di sela KTT G20 di Antalya, Turki, Senin (16/11).
Seperti dilansir RT, dalam kesempatan tersebut Putin juga membicarakan pentingnya menghentikan perdagangan minyak ilegal oleh ISIS.
Putin lantas membeberkan bahwa intelijen Rusia memiliki foto udara yang menunjukkan dengan sangat jelas skala perdagangan ilegal produk minyak oleh ISIS.
"Iring-iringan kendaraan pengisi bahan bakar membentang puluhan kilometer sehingga dari ketinggian 4.000-5.000 meter mereka terlihat membentang di cakrawala," ucap Putin.
Menurut Putin, kini bukan saatnya saling tuding negara mana yang paling tidak efektif menggempur ISIS. Sekarang, kata Putin, dibutuhkan persatuan tenaga internasional untuk melawan kelompok teroris itu.
Guna menyatukan kekuatan, Putin menyatakan kesiapannya untuk mendukung oposisi bersenjata di Suriah demi menggempur ISIS.
"Beberapa kelompok oposisi bersenjata mulai memikirkan kemungkinan untuk memulai operasi aktif melawan ISIS dengan bantuan Rusia. Kami siap menyiapkan dukungan dari udara. Jika terjadi, ini dapat menjadi basis baik untuk upaya penyelesaian politik," kata Putin.
Untuk menggalang kekuatan besar, Putin menyampaikan bahwa Rusia butuh dukungan dari berbagai pihak.
"Kami sangat butuh bantuan dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Arab Saudi, Turki, dan Iran," tutur Putin.
Namun menurut Putin, AS selalu menolak ajakan kerja sama dari Rusia. "Kami menawarkan kerja sama (dengan AS) dalam upaya anti-ISIS. Sayangnya, rekan kami dari AS menolak. Mereka hanya mengirim nota tertulis dan mengatakan, 'Kami menolak tawaran Anda,'" kata Putin.
AS dan Rusia memang satu visi dalam penggempuran ISIS. Namun, AS tak sependapat dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan Assad. Menurut AS, Assad adalah dalang dari segala masalah di Suriah.
Kendati demikian, Putin mengatakan bahwa kini mulai tumbuh kesadaran dari semua pihak akan pentingnya upaya bersama.
"Hidup selalu berkembang dalam fase cepat dan memberi kami pelajaran. Saya pikir, semua orang kini mulai memikirkan bahwa realisasi dari pertempuran efektif hanya dapat dilakukan bersama," katanya.
(stu/stu)