Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia meyakini bahwa bom ditaruh di bawah salah satu kursi penumpang sebelum akhirnya meledak dan menghancurkan pesawat Kogalymavia saat terbang dari Sharm El-Sheikh menuju St. Petersburg. Insiden di Sinai pada Oktober lalu ini menewaskan 224 orang.
Penyelidik mendeteksi adanya ledakan dengan daya setara satu kilo TNT dari bawah kursi antara 30A atau 31A. Kedua kursi tersebut diduduki oleh gadis berusia 15 tahun, Maria Ivleva, dan seorang pensiunan berumur 78 tahun, Nadezhda Bashakova.
Dilansir Independent yang merujuk pada laporan media Rusia, Lifenews, pada Selasa (24/11), ledakan tersebut menyebabkan guncangan hebat yang merembet ke kursi penumpang di 27 hingga 32 baris di sekitarnya. Para penumpang tersebut diyakini tewas seketika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim penyelidikan ini terdiri dari ahli dari badan penerbangan Rusia dan Mesir, bersama tim dari Badan Keamanan Penerbangan Eropa (EASA) dan Badan Keamanan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB). EASA dan NTSB turut ambil andil karena pesawat Airbus tersebut dibuat di Eropa dengan mesin yang dirakit di AS.
Sebelumnya, Rusia dan AS berselisih paham mengenai penyebab kecelakaan ini. AS dan beberapa negara Eropa lain mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah aksi teror, sementara Rusia menganggap kesimpulan tersebut masih terlalu dini.
Namun, Rusia akhirnya mengakui bahwa pesawat tersebut kemungkinan mengalami kecelakaan akibat serangan bom.
Sebelumnya, ISIS sudah mengklaim sebagai dalang dari insiden ini. Dalam propaganda terbarunya di majalah Dabiq, ISIS bahkan melansir foto bom yang diklaim meledak di pesawat Kogalymavia itu disembunyikan dalam kaleng minuman ringan.
Akibat insiden ini, beberapa maskapai yang melalui bandara Sharm El-Sheikh di Mesir mengalihkan jalur penerbangan mereka.
(stu)