Jakarta, CNN Indonesia -- ISIS terus memupuk bibit terorisme dengan melatih anak-anak guna melebarkan sayap ke kawasan Asia Tenggara.
Dalam sebuah seminar di Kuala Lumpur, pejabat senior kontraterorisme kepolisian Malaysia, Ayob Khan Mydin Pitchay mengatakan anak-anak dengan usia sedikitnya dua tahun tengah dilatih menjadi teroris generasi selanjutnya di kamp-kamp di Suriah dan Kazakhstan.
"Anak-anak itu baru mulai belajar berjalan, dan mereka sudah diajarkan menggunakan senjata api. Bayangkan bagaimana anak-anak itu dibesarkan. Usianya 10 sampai 15 tahun. Mereka menggunakan pendekatan psikologis yang kuat," ucap Ayob, seraya menunjukkan video yang memperlihatkan anak-anak tersebut sedang diberi latihan militer dan mengucap baiat kepada ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu anak bahkan terdengar berbicara dengan Bahasa Indonesia, yang menurut Ayob digunakan supaya mereka dapat diterjunkan ke Asia Tenggara.
Ayob menambahkan ada sebanyak 500 anak dari seluruh dunia yang sedang ditempa di kamp-kamp tersebut. Ia juga mengungkap kekhawatiran kamp serupa akan didirikan di Malaysia.
Meskipun kepolisian belum memiliki data pasti terkait jumlah anak yang terlibat, Ayob menyebut ada kemungkinan tinggi bahwa anak-anak Malaysia termasuk di dalamnya.
Sementara itu, Profesor Greg Barton, kepala Politik Islam Global di Universitas Deakin, Australia, berpendapat perkembangan tersebut begitu mengkhawatirkan, sekaligus menjadi tanda ancaman yang diberikan oleh ISIS.
"Kebenaran itu tidak mengagetkan, namun mengkhawatirkan. Muak rasanya jika kita membayangkan apa yang terjadi pada kaum muda ini, berapa tahun yang akan mereka hadapi dalam kesusahan, dan bagaimana ini mungkin akan berlangsung selama bergenerasi," kata Barton, dilansir
Channel NewsAsia, Senin (14/12).
"Anak-anak yang teradikalisasi di usia seperti ini, setidaknya akan trauma sepanjang hidupnya. Mereka akan jadi individu yang amat teradikalisasi, dan jika mereka bertahan, mereka akan melakukan kejahatannya dengan sangat efektif. Kita sudah menyaksikan contohnya sebelum ini,” tambah dia.
Barton turut meyakini bahwa Asia Tenggara merupakan target realistis ISIS. "Di satu sisi, ISIS tidak butuh Asia tenggara. Namun di sisi lain, mereka punya visi global dan China Timur termasuk di dalamnya."
"Penting bagi ISIS untuk mengatakan bahwa seluruh dunia ada di tangannya, juga keterlibatan Indonesia sebagai negara berpopulasi Muslim terbesar di dunia, keterlibatan Muslim di Asia Tenggara secara umum, bagi nilai simbolisnya, bagi klaimnya untuk menjadi khilafah,” lanjut Barton.
Ia juga menekankan pentingnya untuk menghentikan ISIS dan membalikkan arah mereka untuk mencegah kerusakan yang lebih luas dan global.
(stu)