Pelaku Teror California Sempat Kirim Pesan Jihad di Facebook

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 15 Des 2015 14:34 WIB
Salah satu pelaku penembakan di fasilitas penyandang disabilitas di California sempat mengirim pesan jihad ke sejumlah temannya di Pakistan melalui Facebook.
Salah satu pelaku penembakan di fasilitas penyandang disabilitas di California sempat mengirim pesan jihad ke sejumlah temannya di Pakistan melalui Facebook. (CNN Indonesia/Reuters-FBI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tashfeen Malik, salah satu pelaku penembakan di fasilitas penyandang disabilitas di San Bernardino, California, mengirim setidaknya dua pesan pribadi di Facebook untuk sejumlah temannya asal Pakistan pada 2012 dan 2014. Pesan tersebut berisi seruan untuk mendukung jihad Islam serta harapannya untuk dapat melakukan jihad di kemudian hari.

Informasi yang pertama kali dilaporkan oleh Los Angeles Times pada Senin (14/12) ini didapatkan dari sejumlah agen FBI yang tengah melakukan investigasi terhadap kasus penembakan yang menewaskan 14 orang ini. FBI masih mencoba menemukan motif serangan yang dilakukan Malik, 29, dan suaminya, Syed Rizwan Farook, 28, pasangan suami-istri Muslim.

Menurut laporan LA Times, mengutip dua petugas penegak hukum federal AS, pesan jihad tersebut dikirim Malik sebelum memasuki Amerika Serikat dengan visa tunangan K-1 pada Juli 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumber FBI juga menyebutkan bahwa Malik dan Farook diketahui mengontak langsung sejumlah kelompok militan asing dan diperintahkan untuk melancarakan serangan yang terjadi pada 2 Desember 2015.

LA Times melaporkan bahwa pesan yang ditulis Malik di Facebook menunjukkan bukti bahwa untuk pertama kalinya para penegak hukum dan intelijen AS tidak mengetahui tanda-tanda radikalisasi di sosial media yang bisa menjadi ancaman yang potensial bagi keamanan AS, sebelum Malik mengajukan visa AS.

Laporan ini diketahui setelah sejumlah pejabat AS menyatakan bahwa sejak serangan di San Bernardino, pemerintah AS mulai menguji prosedur baru untuk meninjau aktivitas media sosial pelamar visa AS.

Pejabat yang menolak untuk namanya dipublikasikan itu juga menolak membahas teknik pemantauan di media sosial tertentu yang saat ini tengah diuji.

Namun, satu pejabat pemerintah menyatakan bahwa prosedur baru tersebut akan membantu petugas dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS untuk dapat memantau aktivitas media sosial dari pemohon visa.

Hingga saat ini belum ada perintah eksplisit yang melarang para penyidik visa untuk mengawasi akun media sosial pelamar visa. Namun, sejumlah lembaga telah mengaku khawatir atas prosedur baru tersebut.

John Cohen, mantan kepala biro intelijen DHS, sejumlah pejabat DHS mengaku keberatan soal penyidikan visa melalui media sosial, dengan dalih kebebasan sipil dan privasi.

Menurut laporan LA Times, salah satu pejabat menyebut pesan Malik sebagai "komunikasi pribadi untuk sekelompok kecil teman-temannya."

Pejabat itu menambahkan, "Pesan itu hanya dikirim ke sejumlah warga di Pakistan." Pejabat itu juga menyatakan bahwa pesan ditulis dalam bahasa Urdu, bahasa resmi Pakistan.

Pejabat lainnya juga menyatakan bahwa Malik "mengungkapkan keinginannya" untuk menjadi militan di salah satu pesannya.

Para pejabat AS menyatakan bahwa mereka belum menemukan bukti bahwa kelompok militan ISIS berada di balik serangan ini atau mengarahkan Farook dan Malik untuk meluncurkan serangan. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER