Jakarta, CNN Indonesia -- Tersangka penembakan di fasilitas penyandang disabilitas Inland Regional Center di San Bernardino, California, Amerika Serikat yang diidentifikasi bernama Syed Rizwan Farook dikenal sebagai seorang Muslim taat, menurut sejumlah imam dari masjid lokal yang kerap didatanginya.
Direktur Pusat Keagamaan Islam di Riverside, Mustafa Kuko menyatakan bahwa Farook merupakan seorang muslim yang taat dan kerap beribadah di masjidnya. Farook juga sempat menunaikan ibadah haji pada 2013.
"Dia sering mendengarkan khotbah saya di sini. Saya semalaman berfikir tentangnya dan tentang apa yang terjadi," kata Kuko, Kamis (3/12), sembari menyatakan dia sangat terkejut dan bingung dengan penembakan yang diduga dilakukan oleh Farook.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuko tak habis pikir bagaimana Farook bisa mengkhianati prinsip agamanya. "Dalam Islam, jika Anda membunuh seorang manusia, seolah-olah Anda membunuh semua umat manusia," kata Kuko.
Farook, 28, dan istrinya Tashfeen Malik, 27, tewas dalam baku tembak dengan polisi setelah pasangan melepaskan tembakan fasilitas penyandang disabilitas tersebut, menewaskan 14 orang. Keduanya meninggalkan seorang bayi perempuan berusia enam bulan yang saat insiden terjadi tengah dititip ke ibu Farook.
Kuko mengingat bahwa Farook kerap kali menunaikan salat di masjid Riverside baik saat pagi buta maupun tengah malam. Namun, Farook kemudian tak terlihat lagi di masjid itu sejak 2014. "Dia orang yang sangat tenang, damai, tidak pernah silang pendapat dengan siapa pun atau bersengketa," kata Kuko mengenang sosok Farook.
Setahun sebelumnya, pada 2013, Farook pernah bercerita kepada Kuko bahwa dia ingin menikan dengan seorang wanita Pakistan yang tinggal di Arab Saudi. Saat itu, dia meminta restu kepada Kuko. Farook kemudian menikahi Malik di Saudi dan kembali dengannya dan menggelar resepsi pernikahan di Pusat Keagamaan Islam di Riverside, mengundang sekitar 250 sampai 300 orang.
Kuko mengingat saat resepsi pernikahannya malam itu, Farook tampak "sangat senang, santai, nyaman. Kami tidak melihat ada sesuatu yang tidak biasa. "
Mahmood Nadvi, asisten imam di masjid Dar Al Ulum Al Islamiyah-Amer di San Bernardino, memaparkan Farook mulai sering mengunjungi masjid itu sejak 2014. "Anda tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati dan nyenyak tidur setelah [insiden] ini. Kami menangis untuk saudara-saudara kami yang kehilangan peri kemanusiaan," kata Nadvi.
Nizaam Ali, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang mulai mengenal Farook ketika Farook mulai mengunjungi masjid di San Bernardino, menyatakan sepanjang ingatannya, Farook tidak pernah melontarkan ideologi ekstremisme.
"Jika dia pernah mengungkapkan ide-idenya, kita bisa mencoba untuk menghentikannya. Kami akan menghentikannya," ujar Ali.
Nadvi memaparkan usai penembakan terjadi, masjid San Bernardino tersebut menerima ancaman telepon dari seseorang yang meminta adanya penyelidikan polisi.
Salat Jumat yang akan digelar hari ini di masjid itu pun akan dilangsungkan dengan penjagaan polisi. Diperkirakan, terdapat 300 jemaah yang akan menghadiri salat Jumat di masjid itu hari ini.
(ama/stu)