Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah aktivis Thailand berunjuk rasa menuntut pembebasan seorang laki-laki yang ditahan kepolisian lantaran mengunggah infografis tentang dugaan korupsi pada proyek taman buatan tentara secara detil di akun Facebook pribadinya.
Thanet Anantawong, mahasiswa berusia 25 tahun, diringkus sejumlah polisi berpakaian bebas pada Minggu kala menunggu operasi di rumah sakit.
"Polisi berbaju preman datang ke rumah sakit tempat Thanet dirawat," aktivis antijunta kenamaan, Siriwat Serithiwat, menjelaskan kepada Reuters di luar pengadilan kriminal Bangkok, Senin (14/12). "Saya meminta pengadilan untuk membebaskan Thanet. Dia perlu perawatan medis. Kami khawatir akan hidupnya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak menduduki tampuk kekuasaan berkat kudeta militer pada Mei 2014, junta militer Thailand terus membungkan perbedaan pendapat melalui instruksi yang dikeluarkan, termasuk pelarangan diskusi politik dan debat.
Lembaga HAM, Human Rights Watch, mengatakan otoritas Thailand mesti segera menyediakan perawatan medis bagi Thanet.
"Junta Thailand sudah mencapai titik kezaliman baru dengan menyabet aktivis dari ranjangnya di rumah sakit, menaruhnya di tahanan militer, dan merampas perawatan medis yang ia butuhkan," ujar Brad Adams, direktur Asia di Human Rights Watch pada Selasa (15/12).
Juru bicara junta menolak mengomentari penahanan Thanet yang kini ditempatkan di pangkalan militer Lingkar Tentara Bangkok ke-11.
Taman Rajabakti didirikan di pantai di kawasan wisata Hua Hin, sebelah selatan Bangkok, sebagai persembahan kepada kerajaan Thailand. Kini proyek tersebut tersangkut dugaan korupsi dan penyalahgunaan dana.
Thanet hanyalah satu dari sejumlah aktivis yang mencoba berkunjung ke taman yang tengah berada di pusaran skandal dan menyeret pemerintahan militer Thailand itu. Pasukan polisi dan tentara menjegat mereka di stasiun kereta, kemudian menangkap sebagian aktivis sebelum melepaskannya beberapa jam berselang.
Meski penyelidikan militer tak menemukan kejanggalan apapun dari segi keuangan, tuduhan korupsi tak lantas luntur di kalangan media dan kelompok oposisi.
Selain dijerat dengan Pasal 116 KUHP Thailand, Thanet juga tersandung Undang-undang Kejahatan Komputer atas tuduhan mengunggah kembali gambar diagram yang mengaitkan pemimpin junta, Prayuth Chan-ocha dan pejabat Thailand lainnya dengan dugaan korupsi taman di akun Facebook miliknya.
Bukan cuma Thanet yang jadi sasaran empuk junta gara-gara aktivitas di media sosial. Human Rights Watch menambahkan Thanakorn Siripaiboon, 27, ditangkap pada 8 Desember setelah membagikan posting tentang korupsi pemerintah dan mengklik "suka" pada postingan bergambar yang dianggap menghina raja Thailand. Saat ini Thanakorn berada di lembaga pemasyarakatan pusat Klong Prem di Bangkok, menurut keterangan kepolisian.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan memantau laporan-laporan tersebut dan "khawatir dengan pembatasan hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang terus berlanjut di Thailand, termasuk kebebasan berekspresi dan penahanan individu tanpa tuduhan".
Kendati Thailand merupakan sekutu langgeng AS, hubungan keduanya mendingin sejak kudeta. Kekhawatiran yang kian meningkat di Washington juga terkait intensifnya penggunaan hukum
lese-majeste, alias fitnah kerajaan oleh junta di Thailand yang paling ketat di dunia.
Pekan lalu, kepolisian Thailand mengatakan telah meluncurkan penyelidikan terhadap Duta Besar AS untuk Thailand, Glyn Davies, usai dirinya mengkritik hukuman penjara yang "lama dan belum pernah terjadi sebelumnya" bagi para tertuduh pelanggar
lese-majeste yang disidang di pengadilan militer.
Kini nasib Thanakorn juga berada di tangan pengadilan. Menurut pengacaranya, Anon Nampa, pengadilan menolak uang jaminan Thanakorn.
"Kata mereka, perbuatannya bisa ditebus dengan penjara bertahun-tahun. Mereka khawatir dia akan mengusik lagi jika dibebaskan.”
(stu)