Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam secarik surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, Iran menyatakan penyesalan atas serangan pengunjuk rasa di Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran. Demonstran melontarkan protes kepada Saudi yang mengeksekusi mati seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr.
"Republik Islam Iran menyampaikan penyesalan atas insiden ini dan tentu akan melakukan upaya penangkapan dan peradilan bagi pelakunya," demikian penggalan surat bertanggal Senin (4/1) tersebut seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (5/1).
Melalui surat tersebut, Iran juga menyatakan akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Akibat serangan ini, Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran, disusul Bahrain sehari setelahnya. Menurut Saudi, Iran tak melakukan upaya cukup untuk mencegah pengunjuk rasa agar tak merusak gedung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam surat tersebut, Iran mengaku sudah melakukan beberapa upaya, termasuk penambahan pasukan keamanan. Sekitar 8 ribu demonstran pun awalnya melakukan aksi damai sebelum akhirnya pada pukul 23.00 waktu setempat, beberapa orang lepas kontrol.
"Meskipun sudah ada upaya keras dari aparat penegak hukum, beberapa dari mereka tetap memasuki gedung kedutaan dan menyebabkan beberapa kerusakan di gedung," tulis Iran.
Iran juga menyatakan bahwa lebih dari 40 demonstran sudah diidentifikasi, ditahan, dan diserahkan ke otoritas pengadilan. Kini, sedang dilakukan penyelidikan mendalam.
Sementara itu, beberapa analis menganggap bahwa kisruh ini akan memperdalam jurang perbedaan antara Muslim Sunni dan Syiah di kawasan Timur Tengah.
Menurut peneliti senior dari Universitas Oxford, Toby Matthiesen, peristiwa ini juga dapat menambah runyam skala besar isu di kawasan, dari krisis Suriah hingga Yaman.
Iran dan Arab Saudi mendukung kelompok yang bertentangan di Suriah dan Yaman. Di Suriah Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sementara di Yaman, Iran dituding mendukung kelompok pemberontak al-Houthi.
(stu)