Ulama Syiah Dieksekusi, Iran Setop Perdagangan dengan Saudi

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 08 Jan 2016 10:00 WIB
Teheran memutuskan semua hubungan komersial dengan Riyadh pekan ini, menyusul tuduhan serangan Saudi di kedutaan Iran di Yaman.
Teheran memutuskan semua hubungan komersial dengan Riyadh pekan ini, menyusul tuduhan serangan Saudi di kedutaan Iran di Yaman. (Reuters/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hubungan antara Iran dan Arab Saudi semakin memburuk ketika Teheran memutuskan semua hubungan komersial dengan Riyadh pekan ini. Iran juga menuduh jet Saudi menyerang kedutaan besarnya di ibu kota Yaman.

Renggangnya hubungan kedua negara kuat di Timur Tengah ini memuncak usai eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr oleh Saudi akhir pekan lalu. Saudi menilai Nimr merupakan tokoh penggerak kelompok teror, sementara Iran menganggap Nimr sebagai ulama yang vokal menyuarakan penyetaraan hak antara warga Syiah dalam mayoritas Sunni di Saudi.

Dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Presiden Iran, Hassan Rouhani pada Kamis (7/1), Teheran melarang semua aktivitas impor dari Saudi. Saudi sendiri sejak Senin (4/1) sudah mengumumkan rencana untuk memutus perdagangan dan lalu lintas udara dari dan menuju Iran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain memutus impor dengan Saudi, Iran juga mengklaim bahwa pesawat tempur Saudi telah menyerang kedutaan besarnya di ibu kota Yaman, Sanaa. Riyadh akan menyelidiki kasus ini.

"Arab Saudi bertanggung jawab atas kerusakan gedung kedutaan dan cedera yang diderita sejumlah staf," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari, dikutip oleh kantor berita negara, IRNA.

Warga dan saksi di Sanaa menyatakan tidak ada kerusakan apapun di gedung kedutaan Iran yang terletak di distrik Hadda.

Warga menyatakan serangan udara menghantam sebuah lapangan yang berada sekitar 700 meter dari kantor kedutaan besar Iran, menyebabkan pecahan batu dan peluru mendarat di halaman kedutaan.

Dalam laporan kantor berita ISNA, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian menyatakan pada Kamis bahwa Iran akan menyampaikan laporan resmi terkait serangan ini kepada PBB.

Tuduhan Iran atas serangan Saudi mungkin diluncurkan karena koalisi serangan udara yang dipimpin Saudi menggempur kelompok pemberontak Syiah Houthi di Yaman sejak Maret 2015.

Juru bicara koalisi Saudi, Brigjen Ahmed Asseri mengatakan jet mereka meluncurkan serangan berat di Sanaa pada Rabu (6/1) malam, menargetkan peluncur rudal yang digunakan oleh milisi Houthi melawan Arab Saudi.

Ia mengatakan koalisi akan menyelidiki tuduhan Iran, dan menambahkan bahwa pemberontak Houthi kerap menduduki fasilitas sipil termasuk kedutaan yang sudah dikosongkan.

Meski Saudi menuduh Iran mendukung Houthi untuk memperluas pengaruh mereka di kawasan, Houthi menyangkal tuduhan ini dan mengklaim mereka berjuang melawan pemerintahan yang korup dan condong ke Barat.


Eksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr menuai protes dari kaum Syiah di berbagai penjuru dunia, termasuk dari Baghdad, Irak, 4 Januari lalu. (Reuters/Thaier Al-Sudani)
Eksekusi Nimr bersama dengan 46 tersangka teroris lain disusul oleh penyerbuan dan aksi pembakaran ke kantor kedutaan besar Saudi di Teheran, membuat Saudi geram dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.

Renggangnya kekuatan negara mayoritas Sunni dan Syiah ini dinilai mengancam kestabilan di negara Teluk. Bergabung dengan Saudi, Bahrain, Sudan, Djibouti dan Somalia ikut memutus hubungan diplomatik dengan Iran pekan ini. Sementara, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar memanggil duta besar mereka di Teheran.

Selain larangan impor, kabinet Iran juga menegaskan kembali larangan peziarahnya bepergian ke Mekah untuk menunaikan ibadah umrah.

Larangan perjanalan umrah pernah diluncurkan Iran pada April lalu, menyusul srrangan kekerasan seksual terhadap dua warga Iran oleh petugas bandara Saudi.

Saudi akan runtuh

Wakil kepala Garda Revolusi Iran menyatakan Saudi akan "runtuh" dalam beberapa tahun mendatang jika terus mengejar kebijakan sektarian di wilayah itu.

"Kebijakan rezim Saudi akan memiliki efek domino dan mereka akan terkubur di bawah longsoran salju yang telah mereka ciptakan sendiri," kata Brigadir Jenderal Hossein Salami, dikutip dari kantor berita Fars, di sela peringatan upacara peringatan untuk Nimr di Teheran.

Salami membandingkan kebijakan Saudi dengan Saddam Hussein, presiden Irak digulingkan oleh pasukan AS pada 2003.

"Jalan yang diambil rezim Saudi adalah seperti yang diambil Saddam pada 1980-an dan 90-an. Dia memulai perang dengan Iran, mengeksekusi ulama terkemuka dan para pejabat tinggi, menekan pembangkang dan akhirnya bernasib menyedihkan," katanya.

Saddam, menganut Muslim beraliran Sunni, digantung pada 2006 setelah dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan dalam pembunuhan 148 warga Syiah, setelah upaya pembunuhan yang gagal pada 1982. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER