Dikepung Ranjau Darat, Anak-anak Suriah Kelaparan

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 08 Jan 2016 16:57 WIB
Akibat pengepungan kota Madaya oleh pasukan pro-pemerintah Suriah, warga termasuk anak-anak kelaparan karena tidak mendapat pasokan makanan selama berhari-hari.
Akibat pengepungan kota Madaya oleh pasukan pro-pemerintah Suriah, warga kelaparan karena tidak mendapat pasokan makanan selama berhari-hari. (Reuters/Handout via Social Media Website)
Jakarta, CNN Indonesia -- Peringatan kelaparan meluas ketika pasukan pro-pemerintah Suriah mengepung sebuah kota yang dikuasai oposisi. Akibat pengepungan ini, warga tidak mendapat pasokan makanan selama berhari-hari.

Pengepungan yang terjadi di Madaya, kota di dekat perbatasan Lebanon, menyebabkan setidaknya 10 orang meninggal karena kelaparan di Madaya dalam enam minggu terakhir, menurut laporan kelompok pemerhati HAM, Syrian Observatory for Human Rights.

Para aktivis oposisi menyatakan jumlah korban tewas berjumlah hingga puluhan orang, namun Reuters belum bisa mengkonfirmasi informasi ini secara independen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengepungan menjadi isu fokus bagi para pemimpin oposisi Suriah yang menyatakan kepada utusan PBB bahwa mereka tidak akan turut dalam upaya pembicaraan damai dengan tentara pemerintah, hingga pengepungan ini dihentikan.

Rekaman video yang diunggah di internet menunjukkan anak laki-laki kurus dari kota Madaya. Dalam video tersebut, sang anak mengatakan ia belum makan selama tujuh hari dan merasa sangat lapar.

Sementara, rekaman video kedua yang diunggah ke internet dan diklaim diambil di kota utara Saraqeb, menunjukkan kerumunan besar warga berkumpul untuk mendukung warga di Madaya.

"Saya berdiri di sini untuk menentang gencatan senjata yang berlangsung di Kefraya dan al-Foua, dan terhadap pengepungan di Madaya, terhadap gencatan senjata yang menyebabkan kelaparan di Madaya. Rasa lapar dari warga kami di Madaya disebabkan oleh gencatan senjata. Gencatan senjata membuat mereka lapar," kata salah seorang warga yang tidak dipublikasikan namanya.

Syrian Observatory yang berbasis di Inggris menyatakan sebanyak 15 orang, termasuk anak-anak tewas ketika berusaha melarikan diri dari Madaya, baik karena ditembak mati atau tewas terkena ranjau darat yang ditanam oleh pasukan pemerintah dan pejuang Hizbullah.

Pengepungan sebuah kota menjadi hal yang lazim terjadi dalam perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama hampir lima tahun dan menewaskan sekitar 250 ribu orang.

Pasukan pemerintah mengepung daerah yang dikuasai pemberontak di dekat Damaskus selama beberapa tahun. Sebaliknya, akhir-akhir ini kelompok pemberontak mengepung dua desa di Provinsi Idlib yang sebagian besar warganya merupakan loyalis rezim Presiden Bashar al-Assad.  

Program Pangan Dunia, atau WFP mengatakan kehidupan penduduk Madaya yang berjumlah sekitar 40 ribu orang kini sangat berisiko, dan akan memengaruhi sejumlah desa di sekitarnya.

Wilayah tersebut merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata lokal yang disepakati pada September lalu. Namun, dalam pelaksanaannya, gencatan senjata ini tersendat-sendat.

Pada Kamis (7/1), PBB menyatakan pemerintah Suriah telah membuka akses ke Madaya. Pembukaan akses ke Madaya memberi harapan soal kemungkian perjanjian damai antara pihak yang bertikai di Suriah pada bulan ini, yang didukung oleh PBB.

PBB menyatakan pihaknya tengah bersiap untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam beberapa hari mendatang. Pengiriman bantuan terakhir untuk Madaya datang pada Oktober.

Hingga kini, belum dapat diverifikasi keaslian sejumlah video tentang warga yang kelaparan di Madaya, yang diunggah di sejumlah situs sosial media pada Rabu dan Kamis kemarin.
[Gambas:Video CNN] (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER