Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 200 demonstran pendukung sayap kanan mengenakan topeng dan membawa plakat berunjuk rasa di kota Leipzig, Jerman timur. Aksi ini berujung rusuh ketika massa mulai mengamuk, melontarkan kalimat rasis, melemparkan kembang api, memecahkan jendela dan merusak bangunan.
Sekitar 2.000 demonstran anti-Muslim yang menyebut diri sebagai "Legida" meluncurkan unjuk rasa dengan berjalan kaki secara damai di pusat kota. Namun, polisi memaparkan sebanyak 211 orang kemudian berjalan kaki melalui distrik Connewitz selatan sebelum melemparkan kembang api, mendirikan barikade dan merusak properti. Lantai atas di sebuah bangunan hangus terbakar.
Kelompok ini membawa plakat bertuliskan "Leipzig bleibt Helle", yang berarti "Leipzig tetap bercahaya", yang tampaknya mengacu kepada warna kulit warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebanyak 211 orang itu merupakan simpatisan dan atau anggota kelompok olahraga kekerasan sayap kanan," kata polisi, petugas menambahkan membawa situasi dapat dikendalikan dalam waktu yang relatif cepat.
Aksi ini diperparah oleh para pendukung sepak bola Jerman yang bergabung dengan kelompok sayap kanan ini, dan terkadang memulai perkelahian.
Polisi memaparkan bahwa para pendukung sayap kanan ditempatkan di sebuah bus, yang kemudian diserang oleh pendukung sayap kiri.
Situasi di sejumlah kota di Jerman menjadi tegang belakangan ini, menyusul laporan puluhan wanita yang mengaku mengalami pelecehan seksual oleh para pemuda imigran di malam tahun baru 2016 di Cologne dan sejumlah kota lainnya.
Sejumlah serangan tersebut memperdalam sikap skeptis masyarakat terhadap kebijakan Kanselir Jerman, Angela Merkel yang membuka pintu lebar terhadap arus imigran dari negara-negara berkonflik ke Eropa. Sepanjang 2015, Jerman menampung sekitar 1,1 juta imigran, dan memicu protes dari kelompok sayap kanan.
Dalam aksi protes LEGIDA, massa berteriak "Merkel harus pergi" dan mengusung papan bergambar Merkel tengah mengenakan kerudung, bertuliskan, "Merkel, bawa umat Muslim Anda pergi dan tersesat lah".
Jumlah imigran yang akan tiba di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini diperkirakan akan terus bertambah sepanjang 2016. Oleh karena itu, Merkel mendapat tekanan untuk memperketat kebijakannya kepada para pengungsi.
Jajak pendapat INSA di harian Bild menunjukkan dukungan untuk partai Konservatif pimpinan Merkel turun satu poin menjadi 35 persen. Sementara, dukungan untuk kelompok sayap kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD) yang kerap kali meluncurkan kritik terhadap kebijaka imigran Merkel, naik dua poin menjadi 11,5 persen.
(ama)