Jakarta, CNN Indonesia -- Ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara kembali terjadi pada Rabu (13/1). Saat itu, Korsel menembak sebuah pesawat nirawak atau drone yang diduga dalam misi mata-mata milik Korut.
Diberitakan
CNN, drone tersebut terbang mendekati zona demiliterisasi kedua negara. Setelah peringatan diabaikan, Korsel akhirnya menembaki drone tersebut. Drone itu langsung terbang kembali ke Korut, seperti yang dijabarkan oleh juru bicara Kementerian Pertahanan Korut.
Tidak disebutkan apakah drone itu bersenjata atau dalam misi mata-mata. Namun mantan pejabat intelijen militer senior Amerika Serikat, Tony Shaffer, mengatakan bahwa drone itu kemungkinan besar diturunkan untuk spionase.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sangat besar kemungkinannya drone itu mencoba mengetahui posisi tentara kami. Kemungkinan kedua, mereka melakukan provokasi," ujar Shaffer.
Sebelumnya situasi kedua negara memanas seiring uji coba nuklir yang dilakukan Korut pekan lalu. Korsel melayangkan protes dan kembali menyiarkan propaganda melalui pengeras suara. Selebaran propaganda Korut ditemukan di beberapa kota Korsel, salah satunya Seoul, berisi ajakan untuk "memukuli kroni [Presiden Korsel] Park Geun Hye seperti memukuli anjing gila."
Insiden sekecil apapun di saat seperti ini bisa berujung konflik bersenjata besar.
"Saya kira situasinya sangat berbahaya. Bisa jadi ada penembakan dari Korut, yang dibalas dengan cepat oleh Korsel. Selalu ada bahaya meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, mengancam nyawa," ujar Bonnie Glaser, pengamat dari lembaga Pusat Studi Internasional dan Strategi, CSIC.
(den)