Jakarta, CNN Indonesia -- Turki menahan 12 akademisi karena menandatangani deklarasi upaya perubahan untuk menghentikan kekerasan antara pasukan pemerintah dan separatis Kurdi.
Seperti diberitakan
Reuters, deklarasi tersebut sudah ditandatangani oleh lebih dari seribu orang, termasuk filsuf dari Amerika Serikat, Noam Chomsky.
Kini, polisi masih memburu tujuh orang lainnya, termasuk yang sekarang masih berada di Provinsi Kocaeli, daerah industri dekat Istanbul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aparat keamanan sudah menggencarkan penyelidikan mengenai deklarasi ini sejak Kamis (14/1). Semua yang membubuhkan tanda tangan di deklarasi tersebut dikecam keras oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu karena dianggap mendukung terorisme.
Turki diliputi kekerasan paling parah selama berpuluh tahun setelah gagalnya gencatan senjata antara pemerintah dan kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Juli lalu. Hal ini menyebabkan perjanjian damai terancam batal.
Merebaknya kekerasan berbalasan ini mendorong pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran di daerah tenggara negara, menutup semua distrik dan menggerebek semua pos PKK. Sementara itu, para pasukan Kurdi terus melancarkan serangan melawan militer dan pejabat lainnya.
Ratusan nyawa melayang dalam baku hantam ini. Dalam serbuan militan Kurdi pada Rabu lalu bahkan menewaskan enam orang, termasuk satu bayi.