Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu menyatakan bahwa kampanye pasukan keamanan Turki terhadap militan Kurdi di wilayah tenggara sebagian besar telah selesai.
Polisi Turki dan militer melancarkan operasi besar-besaran terhadap pejuang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di beberapa kota di seluruh wilayah, terutama di wilayah Kurdi bulan lalu. Operasi ini mengintensifkan konflik yang tersulut sejak runtuhnya gencatan senjata pada Juli 2015 lalu.
Militer Turki mengklaim pihaknya menewaskan lebih dari 500 pemberontak PKK dalam operasi ini, menambah jumlah korban tewas hingga mencapai lebih dari 40 ribu orang ejak PKK mengangkat senjata pada 1984. Partai HDP yang pro-Kurdi mengatakan sekitar 100 warga sipil tewas dalam pertempuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proses ini untuk sebagian besar selesai," ujar Davutoglu sembari menguraikan rencana untuk mempertahankan kontrol ketat di sejumlah daerah, dikutip dari Reuters, Selasa (19/1).
"Operasi ini tidak akan seperti sebelumnya, [dengan tentara] menarik diri setelah ruasl jalan berhasil disisir. Akan ada kehadiran keamanan yang lebih tertib," kata Davutoglu yang tengah mengunjungi London, dikutip dari harian Yeni Safak.
"Tujuannya adalah untuk membangun ketertiban umum, di mana ada struktur ilegal yang dapat mengendalikan jalan-jalan," katanya.
Aksi pemberontakan yang sudah berlangsung selama 31 tahun dan kerap terjadi pedesaan baru-baru ini terjadi di perkotaan.
Militer Turki menyatakan bahwa selama operasi ini, parit dan barikade yang didirikan oleh anggota sayap pemuda PKK berhasil dimusnahkan. Parit dan barikadi dibangun oleh pejuang PKK untuk berlindung dari pasukan keamanan.
Ribuan penduduk setempat meninggalkan kota-kota dilanda konflik, sebagian besar mengeluhkan operasi militer yang dinilai sembarangan.
Komentar Davutoglu itu menyusul pemberitahuan dari gubernur provinsi Sirnak bahwa jam malam di kota Silopi, dekat perbatasan Irak, hanya akan diberlakukan antara jam 6 sore hingga 5 pagi sejak Selasa.
Sementara kota Cizre, yang berada dekat dengan perbatasan Suriah, dan distrik Sur di kota terbesar di kawasan itu Diyarbakir tetap berada di bawah jam malam selama 24 jam.
PKK yang memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki dinilai sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Ankara meluncurkan proses perdamaian dengan pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan pada akhir 2012. Gencatan senjata itu terhenti di awal 2015 menjelang pemilihan umum. Para pemimpin Turki berjanji akan melanjutkan operasi militer hingga militan berhasil dikalahkan.
(ama/stu)