AS Bantu Korsel Tangkal Ancaman Nuklir Korut

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jan 2016 11:36 WIB
Mengintip latihan militer Batalion Kimia 23, pasukan AS yang ditempatkan di barisan terdepan Korea Selatan dalam menghalau ancaman nuklir Korea Utara.
Batalion Kimia 23 memang sengaja ditempatkan di Semenanjung Korea, agar dekat dengan potensi ancaman. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Uji coba nuklir keempat oleh Korea Utara yang tak terduga sekitar dua pekan lalu membuat publik gempar, dan memicu reaksi dari sejumlah negara besar. Amerika Serikat, misalnya, menempatkan 28 ribu tentara bersiaga tinggi di sepanjang perbatasan Korea Selatan, termasuk Batalion Kimia 23, barisan terdepan dalam menghalau ancaman serangan kimia, biologi dan nuklir.

"Kami berlatih lebih keras di sini daripada di unit lain dan kami melakukan itu karena kami harus selalu siap. Hanya kami yang bisa melakukan itu, sehingga kami selalu berlatih, dan ancaman ini sangat nyata," ujar Letkol Adam W. Hilburgh, komandan batalion yang terbesar di bidangnya dalam militer AS.

CNN mendapatkan akses eksklusif untuk melihat latihan militer yang dilakukan empat tentara di sebuah fasilitas bahwa tanah yang pernah digunakan untuk menyimpan senjata nuklir.

Memasuki fasilitas tersebut, para tentara mengenakan pakaian pelindung, sepatu tahan kimia dan masker gas yang melekat dengan tangki oksigen di punggung mereka. Tak ingin mengambil risiko terpapar radiasi, mereka mengirim robot yang dikendalikan dari jarak jauh untuk memantau tingkat radiasi dan bahan kimia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim ini kemudian bergerak dan menemukan yellow cake, atau uranium bubuk yang diyakini milik Korut.

Latihan militer ini, menurut Hilburgh, merupakan rekayasa namun berdasarkan kenyataan. "Kami memperhitungkan [informasi] intelijen terbaru untuk menyesuaikan pelatihan kami demi memastikan kami siap terhadap ancaman apapun dan dapat kami gunakan di medan perang," ujar Hilburgh.

Latihan militer bawah tanah juga menjadikan rekayasa ini menjadi lebih realistis. Pasalnya, banyak fasilitas nuklir dan kimia Korea Utara yang diyakini berada di bawah tanah, agar tidak terlihat dari satelit.

Sersan Cameron Armstrong merupakan salah satu tentara yang melakukan latihan militer ini. "Pergi ke Korea Utara, maka akan terlihat daerah pegunungan yang memiliki gua dan fasilitas bawah tanah yang dimanfaatkan untuk penyimpanan senjata," katanya.

Batalion ini memang sengaja ditempatkan di Semenanjung Korea, agar dekat dengan potensi ancaman. Batalion ini kembali ke Korea pada 2013 setelah delapan tahun absen. Para tentara menilai, dekatnya mereka dengan ancaman nuklir Korut membuat latihan militer mereka jauh lebih nyata.

Salah satu tentara, Sersan Michael Thron termasuk dalam empat tentara tim khusus yang diberi tanggung jawab untuk mengendarai dan mengurus Stryker, kendaraan lapis baja yang dimodifikasi agar dapat mendeteksi unsur-unsur kimia dalam jarak tiga kilometer.

Menjabarkan soal penempatannya di Korea Selatan, Thron menilai, "Tidak hanya membuat [batalion ini] lebih penting tapi juga lebih realistis dan membantu kita agar tetap fokus."

Berfokus kepada ambisi nuklir Korea Utara, Letnan Greg Moxcey, pemimpin tim yang merespon ancaman serangan bahan kimia, memperingatkan agar publik tidak mengabaikan kemampuan Pyongyang.

"Senjata kimia mungkin menjadi perhatian yang lebih besar. Karena Anda tidak tahu di mana mereka dapat digunakan dan berapa banyak senjata kimia yang mungkin digunakan," tuturnya. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER