Pintu Rumah Imigran Dicat Merah, Sasaran Empuk Serangan

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 21 Jan 2016 06:28 WIB
Pencari suaka di  Inggris mengalami penganiayaan karena ditempatkan di rumah berpintu merah, menyebabkan mereka sangat mudah dijadikan target rasis.
Ilustrasi pintu merah. (archideaphoto/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para pencari suaka di Kota Middlesbrough, Inggris, mengalami penganiayaan karena ditempatkan di rumah dengan pintu bercat merah, menyebabkan mereka sangat mudah dijadikan target rasis.

Dalam laporan investigasi di Times, para pencari suaka mendekskripsikan bahwa insiden rasis tersebut termasuk dengan mengoleskan kotoran anjing ke pintu mereka.

Jendela rumah beberapa pencari suaka juga kerap dilempari telur dan batu oleh warga sekitar yang melakukan aksinya sambil meneriakkan makian rasis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inggris memang tidak menerima imigran dalam jumlah besar seperti negara-negara Uni Eropa lainnya tahun lalu. Namun, masalah ini menjadi perhatian warga dan meningkatkan ketegangan lantaran banyaknya konsrentrasi migran di Inggris.

Rumah-rumah pencari suaka di Middlesbrough sendiri berlokasi di daerah miskin di tengah kota industri. Bangunan ini merupakan milik Jomast, perusahaan subkontraktor dari G4s yang dikontrak oleh pemerintah untuk menyediakan rumah bagi para pencari suaka.

Times melaporkan bahwa terdapat 168 rumah milik Jomast di dua distrik termiskin di Middlesbrough, 155 di antaranya berpintu cat merah. Jurnalis Times berbicara dengan 62 pencari suaka yang tinggal di dalam rumah berpintu merah tersebut. Mereka berasal dari 22 negara.

Seorang pencari suaka asal Iran, Yusuf Abdullahi, dan Ahmad Zubair dari Afghanistan mengatakan bahwa mereka sudah gerah dengan diskriminasi tersebut. Abdullahi dan Zubair akhirnya mengecat pintu depan rumah mereka dengan warna putih. Namun, petugas dari Jomast kemudian mengecat ulang pintu itu dengan warna merah.

"Pintu rumah para pencari suaka berwarna merah. Semua orang mengetahui itu. Orang berteriak di depan rumah, meneriaki kami dengan kata-kata kebencian, melempar barang ke jendela kami, dan menggedor pintu," tutur Zubair.

Abdullahi juga mengatakan bahwa ketika petugas melihat cat pintu rumahnya diganti, pekerja Jomast tersebut mengatakan bahwa hal tersebut melanggar aturan perusahaan.

Namun menurut juru bicara G4s, Jomast tak memiliki kewenangan untuk menentukan bahwa para pencari suaka harus ditempatkan di rumah berpintu merah. Mereka memang membuat mayoritas rumah di daerah tersebut dengan pintu berwarna merah, baik itu privat ataupun untuk pencari suaka.

"Meskipun kami tak menerima keluhan atau permintaan dari para pencari suaka yang kami tampung, karena adanya kekhawatiran, Jomast sudah sepakat untuk menanggapi isu tersebut dengan mengecat ulang pintu depan di daerah itu sehingga tidak ada warna yang mendominasi," ucap juru bicara G4s, dikutip dari Reuters.

Hingga kini, Jomast belum dapat dihubungi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara tiu, Menteri Imigrasi Inggris, James Brokenshire, mengatakan bahwa ia sangat prihatin mendengar laporan mengenai diskriminasi ini. Ia pun menyuruh pejabat kementeriannya untuk melakukan audit rumah bagi para pencari suaka di utara Inggris.

"Jika kami menemukan bukti diskriminasi terhadap pencari suaka, semua akan ditindak secepatnya karena perilaku seperti itu tidak dapat diterima," katanya. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER