Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang bocah 10 tahun di Inggris menjadi sasaran penyelidikan polisi atas dugaan teror akibat salah tulis dalam sebuah tugas karangan sekolah.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (20/1), bocah yang tinggal di Accrington, Lancashire, dalam sebuah karangannya di sekolah Desember lalu menuliskan bahwa dia tinggal di "terrorist house" atau rumah teroris. Padahal, maksudnya dia ingin menuliskan "terraced house."
Gurunya tidak menyadari niat dan kesalahan eja bocah itu dan melaporkan pada polisi. Tindakan guru ini sesuai dengan Undang-undang Keamanan dan Anti-Terorisme Inggris tahun 2015 yang mewajibkan para pengajar melapor pada aparat jika melihat dugaan tindakan terorisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya pada tanggal 7 Desember bocah itu diinterogasi polisi dan komputer di rumahnya digeledah.
Keluarga bocah itu menuntut pihak sekolah dan polisi meminta maaf atas perilaku tersebut, seperti dikutip dari BBC. Menurut keluarganya, akibat peristiwa itu bocah tersebut trauma.
"Sekarang dia takut menulis dengan menggunakan imajinasinya," kata sepupu bocah itu yang tidak disebut namanya.
Undang-undang Keamanan dan Anti-Terorisme Inggris tahun 2015 yang diterapkan Juli tahun lalu mewajibkan aparat lokal, sipir penjara, dan staf sekolah untuk mengawasi dan mencegah tindak radikalisasi dan ekstremisme.
Namun undang-undang ini dikritik karena membuat para guru bertindak berlebihan dalam menghakimi murid, tidak lagi menggunakan akal sehat, lantaran takut dianggap melanggar peraturan pemerintah.
Miqdaad Versi, asisten sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris, mengatakan bahwa kasus yang menimpa bocah itu bukan satu-satunya di negara itu.
"Ada kekhawatiran besar keseharian siswa terus diawasi atas dasar keamanan dan dianggap berpotensi menjadi teroris ketimbang seorang pelajar," kata Versi, dikutip dari The Guardian.
(den)