Jakarta, CNN Indonesia -- Miliuner dan filantropis senior, George Soros, meluncurkan komentar yang cukup fenomenal pekan ini, dengan menyebut kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, tengah melakukan pekerjaan kelompok militan ISIS.
Dalam sebuah acara makan malam pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swedia, Soros mengesampingkan pandangannya soal pasar uang global yang rapuh dan mulai membahas soal perilaku dua kandidat calon presiden AS, Trump dan Ted Cruz, yang dinilai mengasosiasikan Muslim dengan terorisme.
"Dengan mengetengahkan rasa takut warga, dia dan [Ted] Cruz melakukan pekerjaan ISIS," kata Soros berkomentar soal Trump yang baru-baru ini menyerukan pelarangan bagi Muslim untuk memasuki AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka ingin masyarakat berbalik melawan komunitas Muslim dan membuat komunitas Muslim berpikir bahwa tidak ada alternatif untuk [mencegah] terorisme. Ini menjadikan masyarakat Muslim sebagai tempat berkembang biak bagi ISIS," ujar Soros, dikutip dari
The Guardian, Jumat (22/1).
Menurut Soros, seruan Trump untuk melarang umat Muslim memasuki AS, merupakan seruang yang "berbahaya" karena didasari oleh rasa takut.
Soros yang terkenal karena menyerang mata uang pound sterling dan menyebabkan Inggris keluar dari mekanisme nilai tukar Eropa pada 1992, memaparkan bahwa krisis imigrasi akan menyebabkan Eropa "berantakan." Soros menilai para pengungsi pada dekade 1940 atau 1950 mendapatkan perlakukan yang baik ketimbang pengungsi saat ini.
"Saya merupakan seorang imigran selama 15 tahun, para pendatang diperlakukan lebih baik saat itu. Saya dapat belajar, mendapatkan pekerjaan, memiliki dokumen perjalanan, dan berupaya mengumpulkan uang hingga US$100 ribu (Rp1,3 miliar) sebelum pensiun. Semua ini terjadi ketika saya menjadi pengungsi," kata Soros.
Soros merupakan kelahiran Budapest, Hungaria, yang beremigrasi ke London, Inggris, pada 1947 untuk mengenyam studi di London School of Economics.
Putin memperburuk keadaanSoros juga menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin hanya memperburuk arus imigran ke Eropa, dengan menyetujui serangan udara di Suriah. "Dia ingin Uni Eropa runtuh," katanya.
Soros menilai Putin tidak serius ingin mencapai solusi politik dalam perang saudara di Suriah.
"Uni Eropa berada dalam krisis eksistensial akibat dari imigrasi. Uni Eropa berantakan," tutur Soros. "Kami mencapai titik kritis, di mana arus [imigran] mengurangi kapasitas negara penerima untuk mengasimilasi atau mengintegrasikan pengungsi dan kami panik. Hal ini seperti sebuah bioskop yang terbakar tanpa pintu keluar."
(stu)