China Vonis Mati Pembunuh Pemimpin Tibet

CNN Indonesia
Senin, 01 Feb 2016 22:01 WIB
China menghukum mati dua terdakawa pembunuhan seorang pemimpin agama terkemuka Tibet, yang dinilai berhasil menyeimbangkan keinginan China dan Tibet.
Ilustrasi hukuman mati (Thinkstock/Denniro)
Jakarta, CNN Indonesia -- China menghukum mati dua terdakawa pembunuhan seorang pemimpin agama terkemuka Tibet. Kasus yang terjadi pada 2013 silam ini menjadi salah satu kasus pembunuhan di Tibet yang paling mendapat sorotan dan perhatian luas.

Kedua terdakwa dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan Choje Akong Tulku Rinpoche, pemimpin spiritual Tibet yang tinggal di pengasingan di Skotlandia dan menjadi warga negara Inggris. Rinpoche merupakan salah satu pemimpin spiritual Tibet pertama yang mengajarkan agama Buddhisme Tibet kepada para pengikutnya di Barat.
Pembunuhan Rinpoche, keponakan dan sopirnya di kota Chengdu, sebelah barat daya China pada Oktober 2013 lalu, menurut pihak polisi, merupakan sengketa keuangan.

Salah satu terdakwa yang dijatuhi hukuman mati adalah Thubten Kunsal, yang pernah menjadi artis di biara Akong Rinpoche di Inggris antara tahun 2002 dan 2011, menurut pengadilan menengah Chengdu dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh kantor berita resmi China, Xinhua pada Minggu (31/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kunsal dan terdakwa lainnya, Tsering Paljor, dijatuhi hukuman mati karena menikam tiga orang hingga tewas dalam sebuah konfrontasi di rumah biarawan tersebut yang terletak di Chengdu. Konfrontasi terjadi karena sengketa upah sebesar 2,7 juta yuan (Rp5,5 miliar) yang diklaim oleh Kunsal.
Sementara, terdakwa ketiga dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena menyembunyikan pisau yang digunakan dalam pembunuhan tersebut.

Pertanyaan seputar pembunuhan telah menggarisbawahi ketidakpercayaan banyak warga Tibet terhadap pemerintah China, yang telah memerintah Tibet dengan besi pertama sejak "membebaskan secara damai" Tibet pada 1950.

Para analis menilai bahwa kasus kejahatan di antara mereka yang diasingkan Tibet pasti bermuatan unsur politik. Namun hingga kini tidak ada bukti yang dapat menguatkan dugaan tersebut.

Kunsal dan Paljor mengakui keterlibatan mereka dalam kejahatan tersebut, menurut laporan oleh pengacara mereka. Namun, keduanya menyatakan kematian Rinpoche tidak disengaja.
"Metode yang dilakukan terdakwa sangat kejam, dengan rincian yang berbahaya, dan berujung kepada akibat yang serius," bunyi keputusan pengadilan ketika menjatuhkan vonis.

Pengacara untuk ketiga terdakwa tidak bisa dihubungi setelah vonis dibacakan. Namun, pengadilan mengatakan Kunsal dan Paljor akan mengajukan banding. Sementara, terdakwa ketiga belum memutuskan apakah akan mengajukan banding.

Akong Rinpoche merupakan salah satu pemimpin agama Tibet yang berhasil menyeimbangkan kepentingan pemerintah China dan Tibet. Rinpoche dihormati oleh warga Tibet di China atas kedermawanannya dan upayanya mengkampanyekan pendidikan.

Biara Samye Ling yang didirikan oleh Akong Rinpoche di Skotlandia, tidak menyebutkan kasus ini dalam situs resmi biara, dan tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER