Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat senior Irak meminta koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat mengirimkan makanan dan obat-obatan melalui pesawat untuk puluhan ribu warga sipil yang terperangkap di Falluja, kota yang dikuasai kelompok militan ISIS di Irak dan kini tengah dikepung aparat keamanan.
Menurut warga Irak yang dihubungi Reuters melalui telepon, penduduk kota Falluja menderita kekurangan makanan, obat-obatan dan bahan bakar. Sejumlah media lokal melaporkan beberapa orang meninggal karena kelaparan dan perawatan medis di sana tidak memadai. Situasi yang tidak aman dan komunikasi yang buruk di dalam kota menjadikan laporan sejumlah media tersebut sulit diverifikasi.
Gubernur provinsi Anbar, Sohaib al-Rawi, menyatakan satu-satunya cara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Falluja adalah dengan menjatuhkan bantuan itu dari pesawat terbang. Pasalnya, militan ISIS berjaga di semua pintu masuk kota itu dan mencegah warga sipil melarikan diri.
"Tidak ada kekuatan yang bisa masuk dan mengamankan pengiriman [bantuan]. Tidak ada pilihan, kecuali dengan pesawat yang mengangkut bantuan," katanya dalam wawancara dengan stasiun TV al0Hadath, Senin (1/2), sembari menambahkan bahwa situasi di wilayah itu kian hari kian memburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Falluja, merupakan salah satu markas besar kelompok jihadis Muslim Sunni yang terletak sekitar 50 km sebelah barat ibu kota Baghdad. Falluja juga merupakan kota di Irak yang pertama yang jatuh ke cengkraman ISIS pada Januari 2014, enam bulan sebelum kelompok ini menyaingi al-Qaidah dan menguasai sebagian besar Irak utara dan barat, serta negara tetangga, Suriah.
Militer, polisi dan milisi Syiah Irak yang didukung Iran bersama-sama meluncurkan pengepungan di wilayah yang dekat dengan Falluja sejak akhir tahun lalu.
Setelah merebut kembali kota Ramadi dari ISIS bulan lalu, pemerintah Irak belum memberikan langkah yang jelas, apakah mereka akan mencoba merebut Falluja atau bergerak ke Mosul di wilayah utara. Mosul merupakan kota terbesar di Irak yang berada dalam kendali ISIS.
Koalisi internasional pimpinan AS memperkirakan terdapat sekitar 400 militan ISIS di Falluja, meskipun beberapa pakar militer menyebutkan angka yang lebih besar, hampir 1.000 orang. Koalisi yang didukung oleh negara-negara Eropa dan Timur Tengah ini selama ini hanya meluncurkan serangan udara, dan belum pernah menjalankan misi kemanusiaan seperti pengiriman bantuan.
Rawi menilai militan ISIS menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, taktik yang sama seperti yang mereka lakukan di Ramadi. Taktik ini dinilai memperlambat pergerakan pasukan Irak.
Rawi menyebutkan berbagai media melaporkan terdapat hingga 10 kematian di Falluja akibat kelaparan dan perawatan medis yang tidak memadai. Namun, hingga kini para pejabat Irak belum bisa memberikan rincian terkait informasi ini.
Koordinator kemanusiaan PBB di Irak, Lise Grande, menggambarkan kondisi di Falluja "mengerikan."
"Kami sangat khawatir tentang laporan yang belum terkonfirmasi terkait warga yang meninggal karena kekurangan obat dan kelaparan," katanya.
Pada Minggu (31/1), PBB meminta bantuan internasional sebanyak US$861 juta untuk membantu Irak memenuhi kesenjangan dalam pendanaan darurat 2016 yang besar, yang disebabkan oleh perang melawan ISIS. Konflik di Irak telah menyebabkan 10 juta warga membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.
(ama)