Hubungan Memburuk, Korsel Tutup Pabrik di Korut

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 16:02 WIB
Penutupan pabrik Kaesong membuat seluruh aktivitas 124 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan sekitar 55.000 warga Korea Utara otomatis terhenti.
Penutupan kompleks industri Kaesong membuat seluruh aktivitas 124 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan sekitar 55.000 warga Korea Utara otomatis terhenti. (Reuters//Kim Hong-Ji/Files)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan truk asal Korea Selatan kembali melintasi perbatasan Korea Utara pada Kamis (11/2), penuh membawa peralatan dan barang-barang dari Kompleks Industri Kaesong, setelah Seoul menangguhkan operasi di pabrik yang berada di perbatasan kedua Korea itu, sebagai balasan atas peluncuran satelit Korut pada akhir pekan lalu. 

Penutupan kompleks industri Kaesong membuat seluruh aktivitas 124 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan sekitar 55 ribu warga Korea Utara otomatis terhenti. Penutupan Kaesong juga menandakan berakhirnya satu-satunya kerja sama antara Korut dan Korsel setelah Perang Korea periode 1950-1953. 
Padahal, di kompleks indusri Kaesong yang berlokasi sekitar 54 kilometer sebelah barat laut dari Seoul, para pekerja Korea Utara hidup layaknya warga Korea Selatan, dapat menikmati makanan ringan dan perlengkapan mandi. Hal tersebut merupakan suatu kemewahan di Korea Utara. 

Para pekerja dari Korut juga dapat berinteraksi langsung setiap hari dengan para atasan mereka dari Korsel. Para pakar menilai interaksi semacam ini penting dalam mempromosikan pemahaman antar-Korea. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, terdapat kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin menggunakan dana dari Kaesong untuk membantu mendanai program nuklir dan rudalnya.

Kecuali soal pekerjaan di Kaesong, kedua negara melarang warga mereka untuk berkomunikasi satu sama lain di seluruh wilayah perbatasan kedua negara, Zona Demiliterisasi (DMZ) yang disebut-sebut sebagai salah satu perbatasan yang paling menegangkan di dunia.

"Kami menyimpan mie instan, roti dan minuman di gudang kami sehingga pekerja Korea Utara bisa datang ke sini dan makan dengan bebas," kata Lee Jong-ku, yang menjalankan sebuah perusahaan yang menginstal peralatan listrik untuk sejumlah pabrik pakaian di Kaesong. 
"Kami tidak keberatan mereka makan makanan kami, karena kami ingin mereka bekerja keras," katanya melanjutkan. 

Bagi Korea Utara, Kaesong, yang dibuka pada 2005, menyumbang pendapatan hingga US$110 juta dalam bentuk upah pekerja pada 2015. Besarnya pendapatan itu, menurut Korut sebanding dengan risiko bahwa warganya dapat terpengaruh kehidupan bebas dan makmur dari Korsel. 

Namun, Pyongyang mengambil tindakan pencegahan dengan memilih sendiri para pekerja di Kaesong untuk memastikan para pekerja itu berinteraksi seminimal mungkin dengan manajer mereka yang berasal dari Korea Selatan. 

"Para pekerja Korea Utara bersenjata ideologis," kata Koo Ja-Ih, seorang pekerja di perusahaan pakaian di kompleks industri Kaesong selama empat tahun terakhir.

"Mereka tidak pernah bertindak secara individual. Mereka selalu bekerja dan bergerak dalam kelompok yang terdiri dari setidaknya dua orang, bahkan mereka yang sudah setingkat manajer. Mereka tidak pernah pergi ke kamar mandi sendiri, selalu berkelompok," ujarnya. 

Bagi Korea Utara, Kaesong, yang dibuka pada 2005, memberikan kesempatan pendapatan hingga US$110 juta  bentuk upah pekerja pada 2015. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Rata-rata upah pekerja Korea Utara di Kaesong adalah sekitar US$160 per bulan (setara Rp2,1 juta), dibayarkan kepada sebuah perusahaan manajemen negara. Menurut kepala penelitian tentang ekonomi Korea Utara di IBK Bank di Seoul, Cho Bong-hyun, para pekerja menerima sekitar 20 persen dari upah tersebut dalam bentuk kupon dan mata uang Korea Utara. 

Seorang pejabat pemerintah Korea Selatan yang terlibat dalam kebijakan Korea Utara menyatakan keputusan penutupan Kaesong dilakukan dengan berat, dan sulit rasanya Kaesong akan kembali beroperasi dalam waktu dekat. 

Meskipun hubungan Korut dan Korsel kerap kali memburuk, tetapi sebelumnya Kaesong hanya pernah ditutup satu kali selama lima bulan pada 2013, ketika Korea Utara menarik para pekerja di tengah ketegangan yang meningkat setelah uji coba nuklirnya yang ketiga. Sejak itu, nasib Kaesong sering diperkirakan rentan penutupan. 

Lee, pemilik perusahaan instalasi peralatan listrik di Kaesong menyatakan bahwa seorang pejabat Korea Utara menyatakan khawatir Kaesong akan ditutup bahkan sejak bulan lalu, ketika Korut meluncurkan uji coba nuklir keempat. 
"Seorang petugas Korea Utara di sana dengan tenang bertanya apakah Kaesong akan ditutup. Dan saya menyatakan saya tidak tahu. Dan dia mengatakan sepertinya [pabrik] itu akan ditutup, dan tampak cemas," katanya. 

Korut yang terisolasi menghadapi tekanan yang meningkat menyusul peluncuran rudal yang diklaim Korut sebagai peluncuran satelit pada Minggu (7/2). Washington dan sejumlah negara lainnya mencurigai peluncuran itu sebagai uji coba rudal balistik, yang bersama dengan uji coba nuklir Korut bulan lalu, melanggar resolusi PBB. 

Para petugas militer dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang sepakat pada Rabu (10/2) untuk meningkatkan upaya berbagai informasi dan kerja sama keamanan dalam menghadapi ancaman Korea Utara. Selain itu, Senat AS dengan suara bulat juga mendukung sanksi lebih keras terhadap negara yang dipimpin Kim Jong Un itu. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER