Korsel Tutup Pabrik, Korut: Ini Deklarasi Perang

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 18:55 WIB
Korea Utara membekukan seluruh aset perusahaan Korsel dan mengusir seluruh warga Korea Selatan dari kompleks industri Kaesong.
Korea Utara membekukan seluruh aset perusahaan Korsel dan mengusir seluruh warga Korea Selatan dari kompleks industri Kaesong. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara mengklaim mengusir seluruh warga Korea Selatan dari kompleks industri Kaesong dan membekukan seluruh aset perusahaan yang beroperasi di sana, menyusul pengumuman Korsel untuk menutup zona industri bersama ini. Menurut Korut, langkah Korsel itu tak ubahnya sebuah "deklarasi perang".

Korut menyebut Kaesong, taman industri yang dijalankan oleh Korsel sebagai simbol kerja sama selama lebih dari satu dekade, sebagai zona kontrol militer, menurut kantor berita resmi Korut, KCNA.

"Tindakan kelompok boneka untuk benar-benar menangguhkan operasi di (Kaesong) dan mempersalahkan uji coba bom H [hidrogen] DPRK dan peluncuran satelit tak terampuni," kata Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Korea. 'Kelompok boneka' yang dimaksud merujuk ke Korea Selatan.
Korea Utara yang terisolasi kerap kali menyebut Korea Selatan sebagai boneka Amerika Serikat dan tak jarang menyebut kedua negara ini mendeklarasikan perang kepada negara pimpinan Kim Jong Un itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KCNA melaporkan bahwa Korea Utara memerintahkan warga Korea Selatan untuk keluar dari zona industri Kaesong paling lambat pada sore hari, dan melarang mereka membawa apa pun selain barang-barang pribadi.

Menanggapi pengumuman Korut, Korsel menyatakan bahwa prioritas utama negara itu adalah memastikan semua warganya kembali ke Korsel dengan aman.

Penutupan kompleks industri Kaesong membuat seluruh aktivitas 124 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan sekitar 55 ribu warga Korea Utara otomatis terhenti. Penutupan Kaesong juga menandakan berakhirnya satu-satunya kerja sama antara Korut dan Korsel setelah Perang Korea periode 1950-1953.
Padahal, di kompleks indusri Kaesong yang berlokasi sekitar 54 kilometer sebelah barat laut dari Seoul, para pekerja Korea Utara hidup layaknya warga Korea Selatan, dapat menikmati makanan ringan dan perlengkapan mandi. Hal tersebut merupakan suatu kemewahan di Korea Utara.

Para pekerja dari Korut juga dapat berinteraksi langsung setiap hari dengan para atasan mereka dari Korsel. Para pakar menilai interaksi semacam ini penting dalam mempromosikan pemahaman antar-Korea.

Meski demikian, terdapat kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin menggunakan dana dari Kaesong untuk membantu mendanai program nuklir dan rudalnya.

Kecuali soal pekerjaan di Kaesong, kedua negara melarang warga mereka untuk berkomunikasi satu sama lain di seluruh wilayah perbatasan kedua negara, Zona Demiliterisasi (DMZ) yang disebut-sebut sebagai salah satu perbatasan yang paling menegangkan di dunia.
Bagi Korea Utara, Kaesong, yang dibuka pada 2005, menyumbang pendapatan hingga US$110 juta dalam bentuk upah pekerja pada 2015. Besarnya pendapatan itu, menurut Korut sebanding dengan risiko bahwa warganya dapat terpengaruh kehidupan bebas dan makmur dari Korsel.

Namun, Pyongyang mengambil tindakan pencegahan dengan memilih sendiri para pekerja di Kaesong untuk memastikan para pekerja itu berinteraksi seminimal mungkin dengan manajer mereka yang berasal dari Korea Selatan.

Meskipun hubungan Korut dan Korsel kerap kali memburuk, tetapi sebelumnya Kaesong hanya pernah ditutup satu kali selama lima bulan pada 2013, ketika Korea Utara menarik para pekerja di tengah ketegangan yang meningkat setelah uji coba nuklirnya yang ketiga. Sejak itu, nasib Kaesong sering diperkirakan rentan penutupan. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER