Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mendesak NATO untuk memainkan peranan dalam perang melawan ISIS di Suriah dan Irak. Sebelumnya rencana AS ini mendapat penolakan dari Jerman dan Perancis yang khawatir NATO akan memulai kembali era Perang Dingin dengan Rusia.
Sebenarnya seluruh 28 negara anggota NATO telah termasuk dalam 66 koalisi anti ISIS yang dipimpin AS. Namun pemerintah AS ingin agar NATO turun tangan sebagai sebuah institusi dengan mengerahkan perangkatnya, memberikan pelatihan dan bombingan bagi upaya memerangi ISIS.
"Layak dicoba bagaimana NATO, sebagai NATO, bisa memberikan kontribusi yang layak, dengan menyumbang kemampuan yang unik, sebagai generasi tempur," kata Menteri Pertahanan AS Ash Carter setelah pertemuan di markas NATO di Brussels, Belgia, pekan lalu, seperti dikutip Reuters, Rabu (17/2).
Carter mengatakan bahwa NATO memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengumpulkan pasukan, pesawat dan kapal-kapal perang para anggotanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Washington dalam pertemuan menteri pertahanan NATO di Brussels menginginkan peran yang lebih besar dari negara Eropa dalam upaya merebut Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak yang dikuasai ISIS.
Walau mendapatkan dukungan dari Inggris, namun AS belum mendapat respons positif dari Perancis dan Jerman yang khawatir akan terulangnya Perang Dingin dengan Rusia.
Pemerintah Putin berada di kubu yang berbeda dengan negara-negara NATO, yaitu mendukung rezim Bashar al-Assad di Suriah. Rusia mengerahkan jet tempur untuk menggempur pasukan oposisi yang disokong Barat, menuai kemarahan dari AS.
Rusia juga tengah bersitegang dengan Barat terkait ekspansi di Eropa timur, terutama setelah pencaplokan Crimea dari Ukraina. Jerman dan Paris khawatir, keikutsertaan NATO dalam perang Suriah akan dianggap oleh Rusia sebagai provokasi dan perluasan pengaruh aliansi pertahanan Atlantik utara tersebut.
Sejauh ini pembicaraan soal kemungkinan keterlibatan NATO dalam perang melawan ISIS hanya sebatas bantuan non-pertempuran, seperti pelatihan tentara dan polisi Irak serta memperkuat lembaga pemerintahan di wilayah yang berhasil direbut dari ISIS.
"Wilayah yang berhasil direbut dari ISIS harus dikuasai dan diperintah oleh orang-orang dari wilayah itu dan ingin tinggal di daerah tersebut," kata Carter.
(den)